Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Harga tandan buah segar (TBS) di daerah penghasil sawit di Sumatra Utara (Sumut) pekan ini tertinggi hanya Rp1.306/kg. Sementara harga terendah berada di angkaRp800/kg. Harga yang diterima petani tidak terlepas dari kinerja minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang masih diperdagangkan di level MYR3.861/ton. Padahal di akhir April setelah Indonesia mengumumkan kebijakan larangan ekspor CPO mulai 28 April 2022, harganya menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah pada 29 April 2022 di posisi MYR7.104/ton.
Namun, setelah larangan ekspor dicabut pada 23 Mei 2022, harga CPO terus melandai dan membuat petani semakin menjerit. Pasalnya, di saat CPO berada di level MYR 7.000-an/ton, petani sudah bisa mendapatkan harga di atas Rp 3.000/kg.
"Karena itu, kami meminta kepada pemerintah untuk mengatasi hal ini. Salah satunya dengan relaksasi penerapan ekspor, jangan pajaknya dipaksakan. Biarkan mekanisme pasar berjalan. Kebijakan-kebijakan yang memberatkan di-hold dulu," kata Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumut, Gus Dalhari Harahap, Kamis (14/7/2022).
Gus mengatakan, saat ini sudah ada Pungutan Ekspor (PE) dan Bea Keluar. Terus ada pula Flush Out. Untuk diketahui, Flush Out adalah program percepatan penyaluran ekspor, di mana pemerintah akan memberikan kesempatan kepada eksportir CPO yang tidak tergabung dalam program Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (SIMIRAH) dapat melakukan ekspor.
"Ini semua sangat memberatkan. Harga CPO sudah jatuh, untuk apa lagi DPO & DMO. Untuk menstimulus harusnya pajak dikurangkan bukan dipertahankan," kata Gus.
Dia menambahkan, ada empat komponen yang terlibat dalam hal ini yakni Pemerintah, lalu pengusaha besar, pengusaha menengah dan petani. "Kalau ini dipertahankan, yang rugi adalah Pemerintah dan petani. Kalau pengusaha besar jelas diuntungkan. Sementara pengusaha menengah masih ada napas dan mungkin bertahan meskipun tidak dalam waktu lama. Jadi seluruh komponen akan sengsara kecuali pengusaha besar," tegas Gus.