Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Perusahaan milik Warren Buffett, Berkshire Hathaway Inc mencatat penurunan harga saham pada kuartal II-2022. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan mengalami kerugian hingga US$ 43,8 miliar atau Rp 657 triliun (kurs Rp 15.000)
Analis Edward Jones & Co, James Shanahan mengungkapkan meski Berkshire Hathaway merugi namun ketahanan perusahaan masih cukup baik.
"Kinerja bisnis masih baik meskipun dibayangi suku bunga yang tinggi, inflasi dan ketegangan geopolitik," ujar dia dikutip dari Reuters, Senin (8/8/2022).
Meskipun harga saham perusahaan merosot, Berkshire tak memborong saham-saham itu walaupun masih ada dana segar US$ 105,4 miliar yang bisa digunakan. Para investor masih memantau pergerakan saham Berkshire karena masih percaya dengan nama besar Warren Buffett.
Apalagi banyak unit operasional perusahaan ini masih mengalami pertumbuhan, seperti Dairy Queen, Duracell, Fruit of the Loom dan See's Candies. Analis CFRA Research Cathy Seifert mengungkapkan jika Berkshire adalah sekelompok bisnis yang sangat luas.
"Banyak bisnis (Berkshire) yang tumbuh, tapi mereka juga tak bisa melawan biaya yang lebih tinggi dari inflasi," ujar dia.
Dalam laporan kuartalannya Berkshire menyebutkan jika memang ada gangguan pada rantai pasok. Apalagi ketika COVID-19 pertama kali muncul akibat geopolitik seperti invasi Rusia ke Ukraina.
Warren Buffett telah mengimbau para investor untuk tak terlalu mempermasalahkan fluktuasi harga saham. DIa berjanji jika Berkshire akan menghasilkan uang jika harga saham sudah kembali normal.
Contohnya pada 2020 lalu ketika Berkshire kehilangan US$ 50 miliar pada kuartal I karena pandemi COVID-19. Namun perusahaan bangkit dan menghasilkan US$ 42,5 miliar dalam satu tahun.(dtf)