Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov menjanjikan akan ada pembaruan besar di Telegram yang akan merevolusi cara orang berekspresi lewat pesan. Namun...
Dalam pernyataannya, Durov mengaku pembaruan tersebut sebenarnya sudah dikirimkan ke Apple untuk ditinjau sejak dua minggu lalu. Namun hingga kini, pembaruan tersebut tak kunjung mendapat izin dari Apple tanpa ada penjelasan yang jelas.
"Misalnya, update kami yang akan datang - yang akan merevolusi cara orang mengekspresikan diri dalam chat- telah tertahan dalam "proses peninjauan" Apple selama dua minggu, tanpa penjelasan atau umpan balik apa pun yang diberikan oleh Apple," kata Durov dalam keterangan yang diterima detikINET.
Durov menyebut peninjauan yang dilakukan oleh perusahaan teknologi seperti Apple ini tak jelas. Bahkan ia tak segan menyebut perusahaan teknologi semacam ini memonopoli industri dan bisa menurunkan semangatnya untuk terus meningkatkan kualitas aplikasi Telegram.
"Satu-satunya hal yang dapat menyurutkan semangat kami adalah pembatasan yang seringkali kami hadapi saat ingin mendistribusikan versi terbaru dari Telegram, akibat dari "proses peninjauan" yang kurang jelas yang diterapkan pada semua aplikasi seluler oleh perusahaan-perusahaan teknologi yang memonopoli industri," tambahnya.
Durov mengkhawatirkan, jika aplikasi besar seperti Telegram saja diperlakukan seperti ini, bagaimana perlakuan terhadap developer aplikasi yang lebih kecil. Pasalnya perlakuan Apple ini bisa menimbulkan kerugian finansial secara langsung. Terlebih lagi Apple menerapkan potongan yang besar untuk setiap transaksi yang dilakukan lewat App Store, begitu juga dengan Google lewat Play Store.
"Jika Telegram, salah satu dari 10 aplikasi terpopuler secara global, diperlakukan seperti ini, kita hanya bisa membayangkan kesulitan yang dialami oleh para developer aplikasi yang masih berkembang. Hal ini tidak hanya memberatkan hati: tetapi juga menyebabkan kerugian finansial secara langsung kepada ratusan ribu aplikasi seluler secara global," kata pria kelahiran Rusia tersebut.
"Kerugian ini menambah pada pajak 30% yang diambil Apple dan Google dari pengembang aplikasi - yang menurut mereka, seharusnya membayar sumber daya yang dibutuhkan untuk meninjau aplikasi. Regulator di Uni Eropa (UE) dan di tempat lain perlahan-lahan mulai melihat praktik-praktik yang tidak adil ini. Namun, kerusakan ekonomi yang telah ditimbulkan oleh Apple pada industri teknologi tidak akan dapat diurungkan," tutupnya.(dtn)