Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengungkapkan kekesalannya kepada Bank Sumut. Penyebabnya, 3 tahun instruksinya untuk memberikan pinjaman modal ke petani tak juga dijalankan sampai saat ini. Padahal, instruksinya tersebut sangat tepat membantu petani. Tujuannya agar petani mampu meningkatkan produktivitas pertaniannya.
Tujuan yang paling penting utama adalah untuk tersedianya kebutuhan pangan yang cukup di Sumut. Dengan begitu, inflasi tinggi karena bahan pangan, bisa dihindarkan.
Hal itu disampaikan Gubernur Sumut, Edy Rahyamadi, kepada wartawan, usai pelantikan pejabat eselon III dan IV Pemprov Sumut, di Aula Tengku Rizal Nurdin, Rumah Dinas Gubernur Sumut, Jalan Jenderal Sudirman, Medan, Jumat (02/09/2022).
Karena sulitnya akses modal bagi petani, menurut Edy Rahmayadi, membuat petani kesulitan. Petani pun meminjam modal ke para tengkulak. Bunga yang cukup tinggi, membuat petani kewalahan.
Lebih lanjut Gubernur Edy Rahmayadi mengatakan, telah menginstruksikan Bank Sumut untuk memberikan pinjaman modal pertanian kepada petani dengan bunga 5% per tahun. Sehingga dapat memberikan dampak kesejahteraan kepada petani di Sumut.
"Saya sudah perintahkan Bank Sumut, anggaran ini (berikan pinjaman modal) sampai mampu (bunga) 5 persen di Sumut ikut dalam hal ini," kata Gubernur Edy didampingi Sekdaprov Sumut, Arief Sudarto Trinugroho.
Namun mantan Pangkostrad itu menyayangkan instruksikan tersebut, terkesan diabaikan oleh Bank Sumut. Karena perintah itu sudah disampaikan ke bank milik Pemprov Sumut 3 tahun yang lalu.
"Tolong kawal ini, perintah saya sudah tiga tahun lalu. Tapi, sulit menterjemahkan ini, mudah-mudahan bisa kita lakukan ini," kata Gubernur Sumut.
Dengan pemberian pinjam modal pertanian ini, menurut Gurbernur Edy ada kehadiran pemerintah dan BUMD hingga tingkat bawah seperti petani yang dirasakan langsung. Sehingga semua ini dapat dikendalikan dengan baik.
"Gubernur punya Bank Sumut, saham terbesar di Bank Sumut adalah Gubernur, bisa mengambil kebijakan itu, 5% per tahun. Beda dengan 3% per hari. Anda bayangkan bisa kita lakukan itu, itu Kehadiran BUMD dan itu kehadiran Pemprov Sumut sampai ke bawah," tutur Gubernur Edy.
Mantan Ketua Umum PSSI itu mengungkapkan permainan tengkulak, dengan menjerat petani memberikan pinjaman modal pertanian disertai dengan bunga yang sangat besar, per hari 3%. Hal ini, menurut Edy tidak adil bagi petani.
"Yang sah (permainan tengkulak) ini, perlu diatur. Kehadiran BUMD harus diatur, contoh petani cabai diatur oleh tengkulak. Pastinya, dia sudah sah dia. Tetapi, petani tidak makmur, yang makmur siapa? tengkulak itu," ucap Gubernur Edy.
Dalam perjanjian peminjaman modal pertanian itu, hasil panen pertanian harus dijual kepada tengkulak dipotong dari utang pinjaman modal tersebut.
Dampaknya, sangat merugikan petani menjual hasil pertanian murah dengan dipotong utang. Sedangkan, tengkulak menjual kembali hasil pertanian dengan harga mahal yang dikendalikan.
Ditambah lagi, untuk keuntungan yang besar, tengkulak menjual hasil pertanian ke luar provinsi. Sehingga pasokan menepis dan harga komoditas tersebut menjadi mahal saat dibeli masyarakat."Ini tidak adil (bagi petani), ini harus ada Kehadiran BUMD," ujar Edy.