Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdailycom-Taput. Jaringan Irigasi Sidilanitano, Daerah Irigasi (DI) Sidilanitano di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara kondisinya tidak terawat dan terkesan terbengkalai. Padahal pembangunan jaringan irigasi yang dibangun pada 2020 dan 2021 lampau itu telah menelan biaya puluhan miliar rupiah. Pembangunan tahap III tahun 2022 juga masih berlanjut hingga saat ini.
Penelusuran medanbisnisdailycom, Jumat (2/8/2022), pada saluran sekunder Jaringan Irigasi (JI) yang melintasi hamparan sawah di Desa Lumban Tongatonga, Kecamatan Siborongborong, ditemukan dua titik tanggul pada saluran sekunder nyaris ambruk. Tanggul yang nyaris ambruk diduga disebabkan tidak dilakukan perawatan dan pemeliharaan jaringan irigasi pasca pembangunan. Saluran air ditutupi semak belukar dan endapan lumpur cukup tebal. Akibatnya, aliran air menjadi tersumbat dan meluap hingga tanggul nyaris jebol.
Sejumlah petani yang sedang bekerja di lokasi mengaku resah jika tanggul tidak segera diperbaiki. "Apalagi saat ini musim hujan, jika tanggul sampai ambruk, dikhawatirkan puluhan Ha sawah terancam tidak bisa berproduksi," keluh para petani.
Disebut -sebut, pembangunan Jaringan Irigasi Sidilanitano dimulai pada tahun 2020 lampau berupa bangunan induk Bendungan Sidilanitano di bagian hulu. Kemudian pada tahun 2021 dilanjutkan dengan pembangunan jaringan sekunder dan tersier ke petak sawah. Proses pembangunannya telah menghabiskan anggaran hingga puluhan miliar dan hingga saat ini, lanjutan pembangunannya masih berlangsung untuk tahap III.
Diduga, pemeliharaan jaringan irigasi tidak dijalankan, sehingga bangunan yang telah selesai dan dioperasikan terkesan terlantar dan tidak terawat. Pemeliharaan jaringan irigasi dimaksud mengacu kepada Peraturan Menteri PUPR Nomor 12/PRT/M/ 2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Yaitu upaya menjaga dan mengamankan jaringan Irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus.
Hampir sepanjang 2 kilometer saluran sekunder yang melintasi hamparan sawah di Desa Lumban Tongatonga, Kecamatan Siborongborong ditumbuhi semak belukar di kedua sisi. Aliran air terlihat tersendat karena terhambat endapan lumpur cukup tebal. Aliran air tidak maksimal juga disebabkan tumbuhan lumut di bagian dalam saluran sekunder. Jalur inspeksi juga ditumbuhi semak belukar.
Selain itu, sejumlah pintu air di sepanjang saluran sekunder, sebagai pembagi air irigasi ke saluran tersier juga tidak terawat dan berkarat dimakan korosi.
Saat dimintai keterangan, sejumlah petani yang sedang bekerja di sawah yang dilintasi saluran sekunder Jaringan Irigasi Sidilanitano mengaku tidak tahu menahu soal pemeliharaan jaringan Irigasi dimaksud.
"Kami kurang paham soal perawatan jaringan Irigasi. Sepanjang yang kami tahu, sejak dibangun tidak pernah ada orang yang melakukan perawatan," kata para petani.
Kepala Desa Lumban Tongatonga, Ali Sadikin Nababan, saat dikonfirmasi soal Saluran Irigasi Sidilanitano di desanya yang tidak terawat, mengaku kecewa akan hal itu. Dia mengaku, pada saat pembangunan Jaringan Irigasi Sidilanitano, ada pihak yang menjanjikan akan menyediakan tenaga pemeliharaan berupa pekarya saluran maupun juru pengairan.
Namun aku dia, hingga saat ini tidak ada satu orang pun siapa juru pengairan atau petugas (pekarya saluran) yang dijanjikan. "Kami kecewa, ternyata juru pengairan atau pekarya saluran yang dijanjikan tidak pernah terealisasi," ungkapnya.