Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Rencana Bandara Kualanamu menjadi hub internasional di ASEAN dan menargetkan bisa menggaet 65 juta penumpang per tahun pada 25 tahun ke depan, membutuhkan pemasaran dan promosi yang masif di luar negeri. Pasalnya, meski menyandang predikat sebagai bandara internasional, tapi Bandara Kualanamu belum berhasil mengundang turis atau warga negara asing (WNA) untuk masuk. Karena faktanya, penerbangan di Kualanamu masih didominasi domestik.
Bandara Kualanamu sendiri menjadi bandara ketiga tersibuk di Indonesia dengan jumlah penumpang sekitar 7 juta lebih per tahun. Tapi faktanya, sekitar 80,1% merupakan penumpang domestik dan WNA hanya 19,9%.
"Kondisi ini memang bukan hanya di Bandara Kualanamu. Tapi hampir di semua bandara Indonesia, kecuali Bandara Ngurah Rai. Jadi ini membuktikan jika lebel bandara internasional itu belum maksimal. Hasilnya belum ada sejauh ini," kata pengamat penerbangan, Alvin Lie, pada seminar bertema "Kualanamu sebagai Penghubung Internasional di ASEAN: Tantangan dan Realisasi, di Hotel Santika Medan, Selasa (20/9/2022).
Pada seminar tersebut, hadir juga sebagai pemateri CEO Indonesia AirAsia, Veranita Yosephine Sinaga; President Director Lion Group, Capt. Daniel Putut Kuncoro Adi; Vice President Sumatra Region Garuda Indonesia, Ngakan Putu Septigraha; dan Managing Director PT Angkasa Pura Aviasi, Ravishankar Saravu.
Alvin mengatakan, potensi Kualanamu cukup besar dan itu bisa dimanfaatkan ketika ditetapkan menjadi hub internasional. Namun PR yang besar saat ini adalah kurangnya pemasaran dan promosi di luar negeri.
Alvin mengaku, ada diskusi kenapa pola bandara internasional di Indonesia banyak tapi semua defisit termasuk Kualanamu. Karena itu, diusulkan Pemerintah Daerah (Pemda) yang punya bandara internasional wajib punya marketing plan ke luar negeri. Sebab, percuma punya bandara internasional tapi tidak mempromosikan daerahnya di luar negeri dan anggarannya pun harus jelas.
"Karena bagaimana WNA tertarik jika mereka tidak tahu apa-apa. Makanya rencana marketing dan promosi itu harus menjadi PR terutama Pemda yang memiliki bandara internasional," katanya.
Dikatakan Alvin, berbicara Kualanamu bukan hanya Medan atau Sumatra Utara (Sumut). Tapi juga provinsi di sekitarnya. Jadi Kualanamu bukan hanya hub internasional tapi juga hub ke Sumatra. "Juallah Sumatra ke internasional. Tanpa promosi mustahil tentunya. Karena itu butuh promosi. Karena yang dijual bukan hanya wisata. Tapi ada banyak keperluan lain. Nah, ini yang harus kita bidik secara maksimal," kata Alvin.
Selain itu, kebijakan juga dibutuhkan untuk mendukung Bandara Kualanamu sebagai hub internasional di ASEAN. Diantaranya kebijakan imigrasi, kemudahan untuk mendapatkan visa, hingga pelayanan di gerbang masuk. Selain itu, kebijakan masing-masing Pemda juga harus ada seperti bagaimana memberikan insentif bagi pelaku bisnis negara lain untuk menarik mereka berbisnis di daerahnya.
"Penting juga soal sikap dan budaya masyarakat setempat. Bagaimana mereka bersikap pada tamu-tamu dari negara lain," kata Alvin.
Dia mengatakan, Sumut punya modal apalagi wilayah Sumatra sangat beragam. Dengan kebijakan dan budaya yang baik akan mendatangkan tamu dari mancanegara. "Butuh dukungan dari banyak pihak tentunya. Para stakeholders juga harus aktif. Serta harus memperbanyak event untuk semakin mengenalkan daerahnya ke mancanegara," kata Alvin.
CEO Indonesia AirAsia, Veranita Yosephine Sinaga, mengatakan, potensi Bandara Kualanamu sebagai hub internasional ASEAN snagat besar. Ini juga akan memberikan benefit bukan hanya Medan tapi juga Indonesia. "Kualanamu sangat perfect untuk jadi hub internasional ASEAN. Support tentu banyak dibutuhkan. Juga kebijakan, infrastruktur dan lainnya," katanya.