Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
SUDAH tidak heran lagi jika di akhir tahun musim hujan selalu menghiasi tanah air. Sesuai perkiraan BMKG yang menjelaskan bahwa awal musim hujan di Indonesia akan terjadi di bulan September hingga November 2022. Kemudian perkiraan puncak musim penghujan terjadi di bulan Desember 2022 dan Januari 2023. Beragam reaksi dalam menyambut kedatangan musim hujan ini, ada yang bahagia, sedih, sampai menderita pun ada.
Musim hujan dengan intensitas yang rendah atau sedang tidak memberikan dampak yang begitu berbahaya bagi kehidupan. Yang berbahaya itu jika musim hujan datang dengan intensitas yang tinggi, sebab akan menimbulkan bencana yang dapat menghambat keberjalanan pelbagai kegiatan penting. Salah satunya adalah proses pendidikan. Seperti tragedi yang terjadi di MTsN 19 Jakarta baru-baru ini.
Derasnya curah hujan yang turun membuat air aliran Kali Krukut meluap dan mengakibatkan MtsN 19 mengalami kebanjiran. Karena ingin menikmati banjir yang terjadi, beberapa siswa yang tidak ada jam belajar memberanikan diri keluar dari kelas dan bermain di tengah guyuran hujan. Namun tidak berselang lama tembok pembatas sekolah mengalami keruntuhan dan menimpa siswa yang sedang bermain banjir. Insiden tersebut menyebabkan tiga siswa meninggal dunia dan tiga lagi mengalami luka-luka. Sungguh insiden yang membuat pilu wajah pendidikan kita.
Antisipasi Musim Hujan
Antisipasi musim hujan dalam menjalankan proses pendidikan sangat penting untuk dilakukan. Pasalnya jika langkah tersebut diabaikan, maka akan menghambat setiap kegiatan yang dilakukan dalam proses pendidikan. Seperti proses pembelajaran di kelas yang akan terhambat jika intensitas hujan turun begitu tinggi.
BACA JUGA: Kemiskinan, Prostitusi dan Memperkuat Iman
Derasnya hujan yang turun seringkali membuat suara guru yang sedang menjelaskan pelajaran menjadi tidak terdengar, karena kalah dengan ributnya suara hujan. Hal ini harus segera diantisipasi, sebab jika tidak maka akan mempengaruhi capaian belajar peserta didik. Salah satu antisipasi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat ruangan kelas menjadi kedap suara, sehingga sederas apapun hujan, guru dan peserta didik dapat nyaman melaksanakan proses pembelajaran.
Tidak hanya itu, tingginya curah hujan yang turun terkadang membuat siswa terkendala untuk datang ke sekolah. Apalagi akses jalan menuju sekolah yang sangat susah untuk ditempuh, tambah lengkaplah penderitaan seorang siswa untuk datang ke sekolahnya. Maka antisipasi yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki akses jalan menuju sekolah, hendaknya jalan menuju sekolah dibuat berbentuk aspal, bukan tanah apalagi tanah berlumpur. Kemudian sekolah juga bisa menyediakan layanan antar jemput siswa dengan menggunakan bus, sehingga walaupun hujan turun siswa dapat menuju sekolah tanpa hambatan.
Dalam proses mendirikan bangunan pendidikan para pendiri atau pengelola lembaga sangat jarang memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan antisipasi bencana yang ditimbulkan saat musim hujan. Tragedi yang menimpa MTsN 19 beberapa hari lalu seharusnya membuka mata para pengelola lembaga pendidikan untuk membangun bangunan berbasis antisipasi bencana, sehingga para guru dan peserta didik dapat merasa nyaman dalam melakasanakan setiap proses pembelajaran di sekolah tersebut.
Meskipun turunnya hujan dikatakan menuai berbagai keberkahan, namun jika tidak disikapi dengan bijak, maka akan menimbulkan berbagai dampak yang merugikan. Apalagi dampak tersebut membuat terhambatnya proses pendidikan, yang perannya begitu penting dalam menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Oleh karena itu mari antisipasi musim hujan dengan menciptakan bangunan pendidikan ramah hujan. Jangan biarkan tragedi MTsN 19 terulang lagi, cukuplah sekali dan jadikan itu pelajaran berarti.
====
Penulis guru SMP Swasta di Pasaman Barat dan Pegiat Literasi di Forum Lingkar Pena Sumbar.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG/posisi lanskap), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]