Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Bintang adalah salah satu elemen yang terdapat dalam tata surya kita. Penelitian terhadap pembentukan dan kematian bintang terus dilakukan oleh para astronom karena proses ini ternyata berpengaruh kepada galaksi kita.
Proses kelahiran dan kematian bintang ternyata memegang andil yang sangat besar bagi evolusi Bima Sakti. Hal ini disebabkan oleh laju kelahiran dan kematian bintang dapat mengubah komposisi kimiawi galaksi secara keseluruhan.
Bintang sendiri merupakan elemen dari alam semesta kita yang kompleks. Inti dari bintang adalah tungku nuklir yang dapat menghasilkan atom yang besar.
Ketika bintang mati, kematiannya dapat memuntahkan unsur-unsur ke ruang antar bintang. Namun, analisis cahaya telah mengungkapkan bahwa kita telah keliru terkait tingkat pembentukan bintang di Bima Sakti.
Pembentukan bintang di Bima Sakti dicurigai lebih banyak daripada yang sudah diketahui oleh para ilmuwan saat ini.
Nah, detikers tau ga sih gimana proses pembentukan bintang? Yuk, simak penjelasan berikut yang melansir dari Science Alert.
Proses Pembentukan Bintang
Bintang diketahui terbentuk dengan kecepatan empat hingga delapan kali massa matahari per tahun. Angka ini diketahui melalui sinar gamma yang dihasilkan oleh peluruhan radioaktif isotop pada saat pembentukan bintang. Angka ini juga dua kali lebih besar dari perkiraan saat ini.
Kelahiran bintang terbentuk dari gumpalan padat di awan debu dan gas antar bintang. Kemudian debu dan gas tersebut menyedot material dari ruang sekitar mereka sampai ada cukup tekanan panas untuk memicu fusi.
Saat bintang melakukan proses penyedotan, mereka akan mulai memancarkan angin bintang yang dapat meniupkan partikel ke luar angkasa.
Unsur Kematian Bintang
Salah satu unsur yang diketahui sebagai hasil dari kematian bintang adalah isotop radioaktif alumunium yang disebut aluminium-26.
Aluminium-26 diketahui tidak dapat bertahan lama secara kosmik. Peluruhan dari aluminium-26 ini pada saat meluruh dapat menghasilkan radiasi gamma pada panjang gelombang tertentu.
Namun, aluminium-26 juga hadir dalam jumlah yang signifikan di awan material yang mengelilingi bintang yang baru terbentuk.
Jika kecepatan material jatuh ke bintang melebihi kecepatan suara maka akan menghasilkan gelombang kejut yang membentuk sinar kosmik.
Saat sinar bertabrakan dengan isotop dalam debu, seperti aluminium-27 dan silikon-28, mereka dapat menghasilkan isotop aluminium-26.
55 Bintang Baru Terbentuk Setiap Tahunnya
Para astronom dapat memperkirakan laju pembentukan isotop bintang dan kematian bintang di Bima Sakti melalui radiasi gamma di alam semesta.
Hal ini juga digunakan oleh para astronom untuk menentukan keseluruhan tingkat regenerasi bintang.
Saat ini diperkirakan tingkat pembentukan bintang di Bima Sakti senilai dengan dua materi matahari yang diubah menjadi bintang setiap tahun.
Namun, karena sebagian besar bintang di Bima Sakti jauh lebih kecil daripada matahari maka diperkirakan rata-rata pembentukan bintang adalah enam atau tujuh bintang setiap tahunnya.
Astrofisikawan Thomas Siegert dari University of Würzburg di Jerman dan rekan-rekannya terus melakukan sensus radiasi aluminium-26 gamma di galaksi.
Mereka juga melakukan pemodelan untuk melihat mekanisme produksi yang paling mungkin untuk mengamati kelimpahan cahaya.
Berangkat dari penelitian tersebut mereka menemukan bahwa tingkat pembentukan bintang adalah sekitar empat sampai delapan massa matahari per tahun.
Angka ini menandakan bahwa setiap tahunnya terdapat sekitar 55 bintang baru yang terbentuk.
Peneliti lebih sering memberikan kisaran laju pembentukan bintang dibandingkan massa yang ditentukan. Hal ini disebabkan oleh kesulitan untuk mengukur jarak sinar gamma yang dapat mengubah perkiraan pembentukan bintang.(dte)