Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
TEKNOLOGI berbasis artificial intelligence (AI) menjadi salah satu topik yang paling banyak dibicarakan saat ini. Hal ini terjadi pasca kemunculan ChatGPT yang dikembangkan oleh openAI. Dalam kurun waktu 5 hari chatGPT sudah diakses satu juta user di seluruh dunia, menggambarkan betapa besar pengaruhnya bagi dunia.
Sebenarnya, teknologi AI telah lama digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Digunakan di banyak bidang dan terus diperbarui sesuai tuntutan kebutuhan manusia.
ChatGPT sendiri muncul dengan versi pertamanya pada tahun 2018 diperbarui dengan versi ChatGPT-2 pada Februari 2019 dan di tahun yang sama diperbarui kembali menjadi ChatGPT-3 pada bulan November 2019. ChatGPT dipublikasikan dan dapat digunakan oleh publik pada November tahun 2022.
Banyak spekulasi yang muncul. Tidak lepas dari pro dan kontra. Ada yang beranggapan bahwa chatGPT akan mengganti banyak tatanan kehidupan. Salah satunya akan mengganti peran manusia dalam beberapa pekerjaan. Mengubah sistem belajar dan pendidikan.
Pro kontra yang terjadi bukan saja terjadi di Indonesia. Di beberapa negara lain juga hampir sama. Di Amerika, misalnya, melalui aturan menteri pendidikan chatGPT dilarang digunakan oleh pelajar.
Kebijakan ini muncul sebagai respon kehati-hatian akan akibat negatif dari chatGPT itu sendiri. Mereka beranggapan chatGPT akan mengurangi daya kritis siswa untuk memecahkan masalah ke depan.
Selain Amerika, Cina dan Prancis juga melarang penggunaan chatGPT. Bahkan Pemerintah Cina meminta OpenAI untuk berhenti menawarkan akses chatGPT.
Mereka khawatir chatGPT dapat menimbulkan hal-hal yang sensitif, termasuk dalam hal politik. Sedangkan Prancis melarang penggunaan chatGPT di lingkungan pendidikan, termasuk perguruan tinggi. Alasannya, chatGPT rentan terhadap plagiarisme.
ChatGPT merupakan salah satu teknologi AI yang saat ini banyak diperbincangkan. Masih banyak jenis aplikasi lain yang menggunakan teknologi AI. Misalnya Midjourney, Image Generator dan lainnya.
Kelihatannya memang menakutkan, sebab ada banyak hal negatif yang bisa saja muncul akibat dominasi teknologi AI. Namun kita juga tidak boleh menafikan bahwa banyak manfaat positif yang bisa dimanfaatkan dari teknologi AI.
Kita harus menyadari bahwa kemajuan sifatnya abadi. Terbukti dari revolusi teknologi yang terus terjadi. Bak kata pepatah “Anjing menggonggong, kafilah berlalu”.
Sebanyak apapun komentar tentang teknologi AI tidak akan berpengaruh terhadap perkembangannya. Bukankah dulu setiap fase perkembangan teknologi menuai pro dan kontra? Nyatanya teknologi bertumbuh cepat jauh dari prediksi yang ada dahulu.
Secara umum teknologi bukanlah makhluk hidup yang memiliki perasaan. Teknologi akan siap menerima perintah apa saja sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. Tetap saja ia dikendalikan oleh manusia sebagai pencipta dan sebagai pengguna.
Teknologi bisa dimanfaatkan kepada hal-hal baik atau sebaliknya. Bukan karena kecenderungannya seperti itu. Tetapi lebih pada siapa yang menggunakannya dan bagaimana ia digunakan.
Sejarah Perkembangan dan Penggunaan AI
Teknologi kecerdasan buatan (AI) dimulai pada tahun 1950-an, berawal dari para peneliti di bidang ilmu komputer mulai mengembangkan program yang dapat meniru kemampuan otak manusia untuk memproses informasi dan belajar dari pengalaman.
Periode tahun 1956, sebuah konferensi penting di Dartmouth College di New Hampshire, Amerika Serikat, mempertemukan para ahli komputer dan ilmuwan lainnya untuk membahas perkembangan dan potensi AI. Konferensi ini dianggap sebagai titik awal dari perkembangan AI.
Tahun 1960-an, John McCarthy mengembangkan bahasa pemrograman Lisp, yang kemudian menjadi bahasa pemrograman yang paling banyak digunakan dalam pengembangan AI.
Berlanjut tahun 1970-an dan 1980-an, kecerdasan buatan mengalami kemunduran. Tetapi perkembangan jaringan neuron buatan (artificial neural network) membuka jalan untuk perkembangan AI baru di tahun 1990-an.
Awal tahun 2000, mesin pencari seperti Google dan layanan peringkat musik seperti Pandora mulai menggunakan teknologi AI untuk memproses data dan memberikan hasil yang lebih baik.
Sejak saat itu, perkembangan AI telah semakin pesat dan meluas ke berbagai bidang, seperti robotika, kendaraan otonom, analisis data, dan permainan komputer.
Pada tahun 2011, IBM menciptakan sistem AI bernama Watson yang dapat mengalahkan manusia dalam permainan Jeopardy. Sistem ini kemudian dikembangkan untuk digunakan dalam bidang kesehatan dan bisnis.
Perkembangan AI terus berlanjut hingga saat ini, dengan pengembangan teknologi deep learning yang mampu memproses dan menganalisis data dengan lebih efisien dan akurat. AI juga telah digunakan dalam banyak aplikasi sehari-hari, seperti penerjemah bahasa, asisten virtual, dan chatbot.
Bagaimana Sikap Kita?
Perkembangan teknologi AI akan terus berkembang. Tidak ada satupun di antara kita yang bisa menghentikan atau mengulang kembali ke masa lampau. Pada waktu yang akan datang mungkin saja teknologi AI yang ditakuti saat ini sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dihindarkan.
Kemungkinan itu sangat besar. Kita mungkin bisa melihat ke belakang bagaimana perubahan total terjadi saat pandemi covid 19. Adaptasi teknologi dalam waktu singkat tidak bisa dihindari. Kondisi ini bisa saja terjadi kembali di masa depan.
Satu-satunya cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan diri. Penting untuk meyakini, meskipun akan banyak pekerjaan yang terdistrupsi oleh teknologi AI. Sebaliknya akan tercipta pekerjaan baru.
Persoalannya apakah kita memiliki kompetensi untuk mengisi pekerjaan yang terbuka tersebut. Bagaimana dengan anak-anak kita? Apakah kita akan mengajarkan cara-cara lama dalam pendidikan?
Sepertinya kita harus memikirkan kembali sistem pendidikan generasi ke depan, mengingat tantangan yang muncul semakin tidak menentu.
Oleh karena itu, seharusnya yang kita lakukan hari ini adalah menggali potensi yang baik dari teknologi AI. Mempelajari secara mendalam agar kemampuan kita tidak ketinggalan. Bukankah ketertinggalan kita hari ini buah dari kelalain masa lalu.
Kesimpulannya, teknologi AI harus kita sambut dengan keterbukaan pikiran. Dengan pemahaman bahwa pembelajaran akan terjadi seumur hidup (lifelong learning).
Mengambil bagian dari setiap kemajuan. Adaptasi teknologi bukan lagi hal yang harus ditakuti. Dengan mawas diri, kita bisa memanfaatkan teknologi tanpa harus meninggalkan nilai luhur etika yang kita yakini.
====
Penulis Pustakawan Bank Indonesia Sibolga
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG/posisi lanskap), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]