Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
BARU-baru ini lagi ramai media memuat berita terkait rencana konser Coldplay di Indonesia pada November 2023. Kabar beritanya juga bermacam-macam, ada yang memuat berita penolakan Coldplay, ada juga yang menginginkan rencana konser tersebut tetap dilaksanakan. Kontroversi ini membuat media semakin terus melahirkan berita-berita terkait Coldplay band legendaris dari Inggris ini.
Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata Indonesia ikut bicara terkait rencana konser Coldplay ini. Tidak hanya soal tiket yang sudah habis namun rencana tambah hari jadwal manggung ikut dibahas, agar seluruh pengemar konser legendaris ini kebagian tiket.
Di sisi lain penolakan konser Coldplay ini juga banyak disuarakan, karena konser Coldplay tidak sesuai dengan norma-norma agama dan budaya kita.
Penolakan juga disebabkan Coldplay ini kontroversi soal dukungannya terhadap LGBT, walaupun sesungguhnya band yang digawangi Cris Martin ini juga mendukung Palestina sejak 2011.
Coldplay sendiri pernah membuat postingan yang menyuarakan agar para penggemarnya untuk mendengarkan lagi “Freedom for Palestine”.
Di tahun politik jelang Pemilu, 2024 rencana konser apalagi sekelas band Internasional Coldplay bisa jadi dipolitisasi. Dijadikan sebagai objek panggung politik yang kontroversial.
BACA JUGA: Pantang Tak Top dan Konser Coldplay
Media merupakan salah satu alat komunikasi yang efektif menyampaikan pesan bahwa konser Coldplay akan manggung di Indonesia. Media massa apakah itu televisi, radio, cetak, online, juga media sosial memiliki kekuatan besar dalam pembentukan opini publik dan menjadi alat efektif dalam melancarkan propaganda. Dengan media massa, seseorang atau kelompok tertentu menanamkan pesan tertentu melalui informasi-informasi yang penyajiannya.
Dengan media massa orang bisa mencitrakan dirinya, menaikkan pamor tokoh tertentu atau bahkan menjatuhkan figur lawan. Media massa sendiri memiliki berbagai peran, salah satunya ialah dalam mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang maupun sekelompok orang ataupun masyarakat.
Media mempengaruhi pandangan masyarakat dalam proses pembentukan opini atau sudut pandangnya. Media massa dapat dikatakan merupakan senjata yang ampuh bagi perebutan citra (image).
Menurut Psikolog
Melihat fenomena rebutan tiket konser Coldplay membuat psikolog dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Maryam Alatas angkat bicara.
Maryam Alatas sebagaimana dilansir media menilai ada rasa cemas berlebih ketika seseorang ketinggalan atau tidak mengikuti tren di era media sosial saat ini.
Maryam menyebutnya fear of missing out atau FOMO dalam fenomena “war” tiket Coldplay, yaitu merupakan perasaan cemas atau rasa takut yang muncul pada seseorang karena tidak ingin ketinggalan sesuatu hal.
“Bisa jadi, ikut memburu tiket bisa saja tidak semuanya adalah fans Coldplay. Ada juga yang hanya ikut-ikutan, agar tidak ketinggalan zaman,”katanya sebagaimana dikutif media.
Untuk menghindari FOMO atau rasa takut merasa “tertinggal”, menurut Maryam, dapat dilakukan dengan beberapa tindakan preventif.
Seperti berhenti membandingkan diri dengan orang lain terutama di media sosial. Menerima diri sendiri dengan menyadari bahwa diri ini tidak perlu untuk selalu mengikuti tren. Batasi penggunaan media social dan menyadari bahwa koneksi dalam kehidupan nyata lebih penting.
Menurutnya di media sosial biasanya orang-orang berlomba untuk menunjukkan sisi baik, misalnya selalu memposting kegembiraan, seolah tak merasa sedih.
Pendekatannya dengan Teori Psiko Analitik
Tiket konser Coldplay menyebabkan banyak generasi muda di Indonesia rela berburu tiket. Hal itu seiring dengan viralnya konser ini di media sosial.
Teori Sigmund Freud, seorang ilmuwan Jerman ini ada pendekatannya terhadap fenomena konser Coldplay sebagaimana diperkirakan psikolog Maryam Alatas bila dikaitkan dengan teori psiko analitik. Adanya berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia.
Sigmund Freud seorang ilmuan Jerman keturunan Yahudi, menurutnya psiko analitik merupakan ilmu bagian dari psikologi yang memberikan kontribusi besar dan dibuat untuk psikologi manusia.
Selama sepuluh tahun berikutnya Freud melakukan penyelidikan mendalam di bidang psikologi, membentuk staf klinik psikiatri, melakukan praktek pribadi di bidang neurologi.
BACA JUGA: Prokontra Konser Coldplay, Bisa Batal?
Tokoh pendiri psiko analitik atau disebut aliran psikologi dalam (depth psychology) ini secara skematis menggambarkan jiwa sebagai sebuah gunung es. Bagian yang muncul dipermukaan air adalah bagian yang terkecil, yaitu puncak dari gunung es itu, sementara bagian dalam hal kejiwaan adalah bagian kesadaran (consciousness).
Sebelah bawah permukaan air adalah bagian yang disebutnya pra kesadaran (subconsciousness atau preconsciousness). Isi dari pra kesadaran ini adalah hal-hal yang sewaktu-waktu dapat muncul ke kesadaran. Bagian terbesar dari gunung es itu berada dibawah permukaan air dan jiwa merupakan alam ketidaksadaran. (unconsciousness).
Ketidaksadaran ini berisi dorongan-dorongan yang ingin muncul ke permukaan atau ke kesadaran. Dorongan-dorongan ini mendesak terus ke atas, sedangkan tempat di atas sangat terbatas sekali. Tinggallah “ego” (aku) yang memang menjadi pusat dari kesadaran yang harus mengatur dorongan-dorongan mana yang harus tetap tinggal di ketidaksadaran.
Sebagian besar dari dorongan-dorongan yang berasal dari ketidaksadaran itu harus tetap tinggal di ketidaksadaran, tetapi mereka ini tidak tinggal diam, melainkan mendesak terus dan kalau “ego” tidak cukup kuat menahan desakan ini maka terjadilah kelainan-kelainan kejiwaan seperti psikoneurose atau psikose. Sebagai aliran psikologi, psiko analitik banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.
Pengaruh Budaya Barat
Memang saat ini harus kita akui bahwa Indonesia saat ini “berkiblat” pada kemajuan budaya Barat. Hal ini mungkin karena kurangnya ekspos maupun kajian terhadap peradaban dan kemajuan budaya sendiri.
Di sisi lain banyaknya provokasi media maupun yang menggembar-gemborkan peradaban Bangsa Indonesia yang identik budaya ketimuran yang didominasi budaya Islam sehingga membuat banyak warga masyarakat terpesona dengan kejayaan budaya barat.
Dukungan pemerintah juga turut mempengaruhi sebagaimana sebelumnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan saat ini masih mengupayakan konser Coldplay digelar selama dua hari. Soal rebutan tiket konser Coldplay masih menjadi pembicaraan hangat di tengah masyarakat muda di Indonesia.
Banyak warganet yang berharap band asal Inggris tersebut menambah jadwal konsernya di Jakarta mengingat banyak penggemar yang tidak kebagian tiket.Anadaikan tidak ada dukungan pemerintah hal ini tak mungkin terjadi.
Namun di balik itu pemerintah pasti punya tujuan lain dengan konser ini dilaksanakan. Satu sisi sudah pasti ada keuntungan besar termasuk bisnis dalam penjualan tiket itu.
Dikutif dari (cnbcindonesia.com). Sandiaga mengatakan saat pembelian tiket hari pertama atau presale ada 1,5 juta orang yang mengantre untuk membeli, sedangkan pada hari kedua ada 1,7 juta orang.
Artinya minat masyarakat menonton Coldplay sangat tinggi, sedangkan untuk tiket yang dijual hanya untuk 70 ribu penonton. Langkah yang diambil Sandiaga Uno ini juga memicu antusiasme para penggemar Coldplay semakin berburu tiket.
Walau ada imbauan untuk tidak gegabah membeli tiket dari penjualan tidak resmi. Dan tidak memaksakan diri mendapatkan tiket dengan meminjam uang di pinjaman online (Pinjol) yang justru akan memberikan masalah dikemudian hari.
Untuk itu pemerintah harus mempertimbangkan aspek dampak yang akan ditimbulkan dari akan digelarnya konser Coldplay di Indonesia. Termasuk dampak dari banyaknya aksi penolakan yang muncul di media sosial.
====
Penulis Mahasiswa Pascasarjana UIN Syahada Padangsidimpuan.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG/posisi lanskap), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]