Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Satu pemandangan berbeda terlihat kala Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof Dr dr Ridha Dharmajaya bersama tim harus menumpangi sampan untuk tiba di lokasi Masjid Jamik Lingkungan XX, Pulau Sicanang Kota Belawan.
Kedatangan Prof Ridha dan tim pada Kamis (28/09/2023) siang itu, tak lain untuk memberikan edukasi dan menyapa masyarakat Medan Utara.
Alasannya pun cukup menyentuh, Prof Ridha ingin terus menggemakan bahaya penggunaan gadget yang salah dan bisa berdampak negatif terhadap generasi muda.
"Saat ini Indonesia dalam situasi bonus demografi, dimana usia produktifnya jauh lebih besar dari usia non produktif. Ini membuka peluang Indonesia masuk jajaran lima besar dunia jika generasi yang tercipta adalah generasi emas. Yakni generasi pintar, sehat dan berahlakul karimah," tutur Prof Ridha.
Namun, jika ini tidak dimanfaatkan sambung Prof Ridha maka yang dihasilkan adalah generasi cacat.
Dalam kegiatan yang dipelopori Ukhuwah Badan Kesejahteraan Masjid Medan Utara (UBKM-MU) Prof Ridha menjelaskan lahirnya generasi tak berguna atau useles generation ditenggarai penggunaan gadget yang salah.
Disebutkan penggunaan gadget yang salah apabika terjadinya tekukan pada leher sehingga menimbulkan beban yang cukup berat.
Kondisi ini dibiarkan lanjut Prof Ridha maka yang akan terjadi saraf kejepit pada bagian leher dengan gejala awal, tangan kesemutan, kepala pusing, pundak berat, leher tetasa sakit dan bangun tidur tidak segar.
"Dulunya gejala ini biasa dialami oleh orang tua usia 50 hingga 60 tahun. Tapi saat ini mulai dialami anak SMA, SMP, bahkan SD," ujar Prof Ridha.
Jika ini terus berlangsung, Prof Ridha mengingatkan 5 hingga 10 tahun ke depan bakal terjadi kematian pada saraf leher.
"Ini horor. Akan terjadi kelumpuhan pada tangan dan kaki, seksual pada lelaki akan hilang dan buang air kecil dan besar tidak terasa atau loss. Maka sesungguhnya tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang mengembalikan. Maka bonus demografi yang kita impikan justru akan menjadi bencana karena lahirnya generasi cacat," katanya lagi.
Untuk itu Prof Ridha mengingatkan kepada masyarakat Medan Utara khususnya, agar menghindari penggunaan gadget yang salah dan berlebih terhadap anak terkhusus usia 13 tahun ke bawah.
"Kalau usia 13 tahun maksimal penggunaan gadget itu dua jam sehari. Tapi untuk usia di bawahnya jangan pernah memberikan gadget karena itu sama saja meracuni anak kita," ungkap Prof Ridha.
"Banyak kasus yang saya temui anak tidak bisa berbicara atau speech delay karena penggunaan gadget. Karena gadget hanya merangsang pendengaran dan penglihatan tapi tidak merangsang bicaranya," sambung pria yang juga berprofesi sebagai dokter bedah syaraf itu.
Sebelum mengakhiri, dirinya berpesan agar masyarakat lebih bijak dalam menggunakan gadget dan menghindari anak-anak akan ketergantungan terhadap gadget agar impian melahirkan generasi emas demi mewujudkan bonus demografi bisa tercapai.