Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Maraknya pemberitaan soal arena batu goncang yang disebut praktik perjudian, membuat Tan A Kong alias Abeng angkat bicara.
Seniman ini membantah jika arena batu goncang adalah judi. Sebab menurutnya, batu goncang adalah budaya Melayu dan Minang yang sudah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu.
"Batu goncang ini budaya, budaya Melayu dan Minang. Karena si pemandu acara bernyanyi dan berpantun sembari menyebut nomor undian yang keluar. Jadi, batu goncang ini bukan praktik perjudian. Jadi salah, jika ada yang menyebut jika batu goncang adalah judi. Apalagi hadiah yang diberikan pada hiburan batu goncang berbentuk barang sebagai bentuk penghargaan kepada seseorang yang memenangkan even atau hiburan batu goncang. Seperti lokasi hiburan batu goncang di Komplek Cemara Asri," ujar Abeng kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (13/10/2023) sore.
Dikatakan Abeng, jika memang batu goncang adalah perjudian, tidak mungkin pihak pemerintah dan kepolisian mengeluarkan izin untuk beroperasi.
"Seperti hiburan batu goncang di Cemara Asri misalnya, pemiliknya mengantongi izin baik dari Dinas Sosial dan izin keramaian yang dikeluarkan pihak kepolisian setempat. Jadi hiburan batu goncang di Komplek Cemara Asri itu resmi bukan ilegal," jelas Abeng.
Bahkan kata Abeng, saking populernya, hiburan batu goncang kini berkembang pesat di luar negeri seperti Malaysia dan Thailand.
"Karena budaya batu goncang berkembang pesat di Malaysia dan Thailand, sampai-sampai para seniman yang ada di Sumatera Utara khususnya Kota Medan dan Deli Serdang pergi bekerja di sana," ujar Abeng lagi.
Menurut Abeng, batu goncang adalah salah satu hiburan yang merakyat. Jadi tidak salah ada seorang pengusaha yang menggelar hiburan tersebut, terlebih menjelang Pemilu 2024 mendatang.
"Kita tahu, tahun ini adalah tahun Pemilu. Jadi masyarakat butuh hiburan agar tidak terlalu tegang. Apalagi hiburan batu goncang ini sangat populer karena sudah terkenal sejak ribuan tahun lalu," tutur Tan A Kong/Abeng.