Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Para petani sudah memasuki masa akhir panen raya, hal ini diperkirakan membuat harga beras naik lagi, pasalnya harga gabah kering panen (GKP) sudah naik di Rp 6.440/kg.
Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan berdasarkan data Badan Pangan Nasional harga gabah cenderung naik. Apabila harga gabah naik, harga beras juga turut serta naik.
Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani bulan Juni sebesar Rp 6.010/kg. Harga tersebut mengalami kenaikan dari bulan Mei yang di level Rp 5.820/kg.
Sementara, untuk harga GKP tingkat penggilingan sebesar Rp 6.440/kg. Angka tersebut mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya yang hanya Rp 6.220/kg.
"Kalau lihat laman Badan Pangan Nasional harga gabah cenderung naik. Kalau harga gabah naik, harga beras akan naik," kata Khudori kepada detikcom, Jumat (7/6/2024).
Dia bilang harga GKP di level penggilingan di Karawang pada pekan lalu di level Rp 6.500/kg dan Rp 7.000/kg di Subang.
Menurutnya, kenaikan ini terjadi lantaran surplus produksi yang tipis. Berdasarkan kerangka sampel area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan surplus produksi beras selama periode Januari hingga Juli 2024 hanya 0,64 juta ton. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,3 juta ton.
"Produksi di Januari-Juli 2023 dikurangi konsumsi ada surplus 3,3 juta ton. Tahun ini surplusnya hanya 0,64 juta ton," jelasnya.
Senada, Pengamat Analis Politik Kebijakan Pangan Syaiful Bahari mengatakan panen raya pada bulan Juni belum pulih seperti sebelumnya. Hal ini disebabkan karena faktor cuaca dan ketersediaan pupuk sehingga memicu produksi panen tidak maksimal. Dengan kondisi tersebut, dia memperkirakan ketersediaan gabah semakin berkurang dan produksi beras lokal semakin menurun.
"Stok panen raya di Juni ini tidak bisa untuk menutupi kebutuhan beras sampai akhir tahun," katanya.
Adapun relaksasi harga eceran tertinggi (HET) beras yang telah diputuskan pemerintah tidak dapat mempengaruhi harga beras di pasar. Menurutnya, relaksasi HET saat ini untuk menutupi kenaikan harga beras yang terjadi sebelumnya.
"Tetapi setelah panen raya usai dan stok cadangan beras pemerintah semakin menipis, maka disparitas HET beras yang baru dengan harga beras ke depan akan semakin jauh. Karena itu pemerintah harus memikirkan jalan keluarnya. Kalau tidak, situasi ini akan memicu kenaikan harga beras kembali," jelasnya.(dtf)