Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) menyatakan penguatan nilai dolar AS terhadap rupiah menyebabkan harga kedelai bertambah mahal. Hal ini akan berdampak pada kenaikan harga tempe dan tahu di pasaran.
Kenaikan ini disebabkan sebagian besar kacang kedelai yang menjadi bahan baku tempe dan tahu harus didatangkan dari luar alias impor.
Ketua Umum Gakoptindo Aip Syaifuddin mengatakan, dampak dari penguatan dolar AS terhadap harga kedelai akan terasa di bulan depan sampai September. Karena saat ini stok kedelai yang ada merupakan hasil impor sebelum dolar menguat.
"Kalau yang datang sudah ada di sini adalah kontrak dua atau tiga bulan lalu. Terus perjalanannya antara 1,5 sampai 2 bulan sehingga kedelai yang dibeli importir adalah pada waktu itu dolar belum naik, sehingga dengan demikian kedelai yang saat ini adalah harga belum naik," jelas dia kepada detikcom, Kamis (27/6/2024).
"Tapi misalnya mulai Juli sudah mulai (dolar) karena dolar naik mulai bulan April, Mei, Juni. Begitu dibeli dolar sudah naik sehingga akibat kenaikan ini baru terasa awal Juli," tambah dia
Aip mengatakan harga kedelai diprediksi akan naik bisa sampai antara Rp 12.000 per kilogram (Kg) sampai Rp 14.000/kg.
"Tren naik ini sudah kelihatan mulai sudah. Tetapi naiknya sedikit-sedikit. Bisa sampai seperti yang lalu (Rp 14.000/kg) antara dengan Rp 12.000/kg naiknya. Baru mulai bulan depan, Juli, Agustus, September, juga masih tinggi" jelas dia.
Sementara harga tempe dan tahu akan naik sekitar Rp 1.000 sampai Rp 1.500. Aip mengatakan meski sedikit, dampak kepada pengrajin tempe dan tahu cukup besar karena biasanya produksi harus diturunkan demi menjaga harga.
"Tergantung wilayah. Misalnya di jawa masih bisa Rp 8.000 sampai Rp 10.000. Kalau di luar Jawa karena ongkos kedelai bertambah jadi bisa Rp 11.000 sampai Rp 12.000 tempe per potong, kira kira 250 gram. Akan naik bertahap tetapi naiknya mungkin 10% atau 15% atau berapa. Ya nainya Rp 1.000 atau Rp 1.500," pungkasnya.
Untuk diketahui, penguatan nilai tukar dolar AS memang sangat berdampak pada komoditas yang orientasinya dari impor seperti kedelai. Karena produk yang diimpor akan dihitung nilainya menggunakan harga internasional.
Saat ini, nilai tukar dolar AS pagi ini Kembali mengalami penguatan. Mata uang Paman Sam masih bertengger di zona Rp 16.400-an.
Mengutip data RTI, Kamis (27/6/2024), dolar AS pagi ini tercatat naik 15 poin atau bertambah 0,09% ke level Rp 16.425. Dolar AS berada di level tertingginya pada Rp 16.425 dan terendahnya Rp 16.384.
Secara bulanan dolar AS masih menguat 1,05%. Jika dilihat dari awal tahun dolar AS juga masih menguat 6,69%.(dtf)