Selasa, 10 Okt 2017 19:16 WIB • Dilihat 3,095 kali • https://mdn.biz.id/o/8072/
Elfenda Ananda: Permintaan Uang Muka Makin Brutal Saja Mainnya
Pengamat Anggaran Sumatera Utara, Elfenda Ananda. (istimewa)
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pengamat Anggaran Pemerintah Elfenda Ananda mengatakan selama ini sudah menjadi rahasia awam ada permintaan uang muka untuk menjolok proyek.
"Namun, menjelang tahun politik frekuensi ini semakin kuat dan ini semakin berutal saja mainnya," kata Elfenda kepada medanbisnisdaily.com, Selasa (10/10/2017).
Elfenda mengatakan itu menanggapi maraknya permintaan uang muka oleh oknum pejabat kepada para kontraktor sebagai awal jaminan menggarap proyek tahun anggaran 2018.
Oleh karena itu, tambah Elfenda, seharusnya semua pihak yang terlibat dalam peroses penentuan proyek tidak mengorbankan masyarakat pembayar pajak.
"Dan harus disadari bahwa sumber pendanaan tersebut bersumber dari pajak rakyat dan bukan dicetak oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Aparat hukum saya kira harus serius bertindak tegas menelusuri praktik seperti ini," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum BPD Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Provinsi Sumut, Tiopan Manuasa Pardede, Selasa (10/10/2017) mengatakan permintaan uang muka itu datang dari berbagai oknum pejabat dan dari para pihak yang memiliki otorisasi proyek, dari lingkungan Pemerintah Provinsi Sumut dan pemerintah kabupaten/kota.
Kondisi itu membuat para kontraktor dihantui rasa resah dan khawatir. Dikabarkan ada oknum kontraktor yang sudah menuruti permintaan uang tersebut, namun sebagian besar juga menolak.
Ketua DPD Asosiasi Kontraktor Nasional (Askonas) Sumut Rikson Sibuea juga telah "mencium" kabar permintaan uang dari kontraktor oleh oknum pejabat.
Menurut Rikson, jika uang disetorkan, jelas menimbulkan masalah, baik bagi si pemberi, si penerima dan terhadap proyek pekerjaan yang digarap. Kerugiaan juga dirasakan kontraktor secara umum, sebab persaingan pasar yang sehat tidak tercipta.
"Pasti dampaknya ke hasil pekerjaan, karena si kontraktor terpaksa mengurangi spek untuk menutupi uang muka tadi, biasanya yang terjadi seperti itu. Nah siapa yang paling rugi, ya masyarakat karena mereka menikmati pekerjaan yang hasilnya tidak bermutu," ujarnya.