Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan optimisme konsumen pada November 2017 mengalami peningkatan. Dalam survei disebutkan, peningkatan terjadi karena indeks keyakinan konsumen (IKK) pada November 2017 tercatat 122,1 naik dari bulan Oktober 120,7.
Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan ini menunjukan mulai adanya perbaikan pada perekonomian Indonesia. "Saya lihat ini semua konsisten, karena kuartal I, II dan III semua menunjukan ke arah pemulihan ekonomi. Meski pertumbuhan kuartal III 5,06%," kata Agus di Gedung BI, Jakarta, Jumat (8/12).
Dia menjelaskan, perbaikan ini didukung oleh mulai meningkatnya investasi ekspor, investasi bangunan dan non bangunan. Ini bisa menjadi modal untuk Indonesia agar bisa tumbuh lebih baik pada 2018 mendatang.
"Kondisi ini adalah pesan yang baik dan artinya confirm dari Indonesia di dunia yang ada unsur ketidakpastian, kemarin di AS kan ada risiko goverment shutdown ya," ujar Agus.
Dia menjelaskan, selain itu Indonesia juga membaik dalam kategori credit default swap. Saat ini berada di posisi 94 di bawah angka 100. Padahal awal 2017 masih berada di posisi 157. "Ini menunjukan, semakin baik untuk Indonesia ke depannya," ujar dia.
Dari data BI meningkatnya optimisme IKK disumbang oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang naik 1,9 poin dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) yang meningkat 1,0 poin. Kenaikan IKE terutama didorong oleh membaiknya persepsi konsumen pada seluruh kelompok pengeluaran terhadap penghasilan yang diterima saat ini.
Di samping itu, perbaikan IKE juga dipengaruhi oleh meningkatnya pembelian barang tahan lama. Sementara itu, kenaikan IEK dipengaruhi oleh ekspektasi seluruh kelompok pengeluaran terhadap kenaikan penghasilan ke depan dan peningkatan kegiatan usaha.
Hasil survei juga mengindikasikan ekspektasi konsumen terhadap kenaikan harga pada 3 bulan mendatang (Februari 2018). Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 bulan mendatang sebesar 170,9, sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 170,0.
Perkiraan naiknya tekanan harga ini terutama dipengaruhi oleh kekhawatiran responden terhadap kenaikan harga energi, potensi kenaikan permintaan barang dan jasa jelang Tahun Baru Imlek, serta terkait ketersediaan pasokan bahan makanan pokok seperti beras. (dtf)