Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tanjungbalai. Wali Kota Tanjungbalai, HMSyahrial membantah penilaian bahwa daerah yang dipimpinya itu sebagai kota paling intoleran berdasarkan hasil survei Setara insitute. Bantahan itu disampaikan Wali Kota bersama Forkopimda dalam Rapat Koordinasi Pimpinan Daerah, di Kantor Pengadilan Agama, Jalan Jenderal Sudirman, KM 6, Tanjungbalai,, Rabu (26/12/2018).
"Saya Wali Kota Tanjungbalai dan segenap jajaran Pemko Tanjungbalai bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan masyarakat menolak dengan tegas hasil survei yang dikeluarkan serta dipublikasikan ke publik melalui media elektronik dan cetak nasional. "Jika Tanjungbalai disebut kota paling intoleran, tentu suku atau umat agama lain tidak betah dan bisa hidup dengan nyaman di Kota Tanjungbalai ini," tandas Syahrial.
Untuk menjaga kerukunan antar umat beragama, lanjut Syahrial, pihaknya secara rutin mengadakan rapat dengan Forkopimda dan juga Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) yang di dalamnya terdiri dari tokoh lintas agama.
ia meminta silahkan dikorfimasi langsung kepada tokoh-tokoh agama dan umat selain muslim bagaimana kondisi kehidupan umat beragama di Tanjungbalai,.
"Kota kami sangat toleran. Masjid dan gereja berdiri berdampingan, begitu juga dengan keberadaan kuil dan vihara di tengah-tengah masyarakat biasa saja di Tanjungbalai. Umat agama Kristen, Buddha, Kong Hu Chu dan Hindu, bebas beribadah tanpa ada gangguan sedikitpun,dan ruang bagi aktivitas keagamaan dan mereka juga kita buka seluas-luasnya," terangnya.
Ia mengegaskan, jika pun ada peristiwa pembakaran vihara pada tanggal 29 Juli 2016 yang lalu adalah murni persoalan pribadi, bukan atas dasar agama.
"Bahkan setelah peristiwa tersebut saya langsung melakukan pertemuan bersama lintas agama, para Pimpinan Daerah dan lintas sektoral lainnya guna menyatakan sikap bahwa Kota Tanjungbalai aman dan kondusif. Pemko Tanjungbalai bersama seluruh masyarakat tidak akan mentolerir pihak-pihak yang ingin memprovokasi situasi kamtibmas di Kota Tanjungbalai." ujarnya.
Kata Syarial, saya selaku wali kota, ia berada di garda terdepan dalam menjamin kerukunan antar umat beragama.
"Atas nama pribadi dan masyarakat Tanjungbalai tidak menerima dan menolak hasil survei dimaksud dan sangat merugikan Kota Tanjungbalai dan masyarakat di sini. Karenanya,saya meminta mereka, yakni Setara Institute itu untuk membuka kepada publik dasar dan metode apa yang digunakan dalam surveinya, sehingga hasilnya begitu dan sangat bertolak belakang dengan kondisi riil di Kota Tanjungbalai ini," imbuhnya.
Menurutnya, selama ini kerukunan umat beragama menjadi modal penting bagi Pemko dalam rangka menguatkan berbagai sektor pembangunan, mulai dari infrastruktur, perekonomian, jasa dan perdagangan juga mendatangkan para investor, di samping kondisi keamanan yang sangat kondusif.
"Pemko Tanjungbalai juga sangat mendukung setiap kegiatan yang dilaksanakan di bidang keagamaan, perayaan Idul Fitri, Natal, Imlek,Nyepi dan Waisak yang dilaksanakan penuh dengan hikmat dan berjalan dengan baik tanpa gangguan. Hal ini juga didukung pada awal Desember lalu Kota Tanjungbalai meraih penghargaan sebagai kota yang sadar hukum dari pemerintah pusat melalui Kementerian Hukum dan HAM.
"Jadi kami heran kenapa hasil survei Setara Institute bisa begitu," tanya Syahrial.
Menurut Syahrial, pihaknya terus berkomitmen bersama seluruh Forkopimda dan semua pihak serta elemen masyarakat bahu membahu menjadikan Tanjungbalai yang merupakan Kota kelahiran saya menjadi Kota yang ramah, aman, damai dan kondusif bagi seluruh umat beragama sebagaimana dijamin dalam Pasal 29 UUD 1945 tentang Kebebasan beragama.
Setara Institute membeberkan 10 kota yang paling toleran 2018 berdasarkan hasil penilaian indeks kota toleran (IKT). Penilaian ini dilakukan di 94 kota di Indonesia. Kota dengan peniliaian IKT tertinggi adalah Singkawang, Kalimantan Barat dengan skor 6.513.
Sementara itu, kota yang paling rendah toleransinya adalah Tanjungbalai, disusul Banda Aceh, Jakarta, Cilegon, Padang, Depok, Bogor, Makassar, Medan dan Sabang.