Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Bosan membaca berita klaim “menang-menangan” dalam Pilpres 2019, mari sejenak mereka-reka peta politik Pilpres 2024. Joko Widodo karena sudah dua priode – jika kelak diumumkan KPU sebagai pemenang Pilpres -- tak bisa lagi mencalonkan diri.
Prabowo Subianto juga lebih arif jika tak mencalonkan diri, jika KPU mengumumkan dirinya kalah dalam Pipres 2019. Namun jika Prabowo-Sandi versi KPU yang menang, keduanya tentu dimungkinkan maju lagi. .
Di luar kemungkinan itu, siapa kira-kira yang bakal maju sebagai calon presiden (Capres) pada Pilpres 2024? Di benak saya muncul, antara lain, nama Puan Maharani, putri Megawati Soekarnoputri. Apalagi PDIP meraih 20,22% suara dalam Pileg 2019 -- setidaknya menurut quick count Litbang Kompas yang terkumpul 87% pada Kamis (18/4/2019). Maklum, batas president treshold jika tak diubah masih 20%.
Nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pun kian berkibar. Dimulai sebagai Cagub DKI Jakarta dan cenderung akan menggantikan SBY di Partai Demokrat. Partai inipun meraih 8,09% suara di Pileg 2019, dan tinggal mencari partai koalisi.
Airlangga Hartarto juga berpeluang, Partainya meraih 11,7% dalam Pileg 2019. Muhaimin Iskandar Ketua Umum PKB juga makin percaya diri karena partainya meraih 9,39% dalam Pileg 2019.
Ketua Umum Nasdem Surya Paloh barangkali tiba saatnya tampil sebagai Capres setelah dua kali Pemilu memperkuat koalisi pendukung Jokowi.
Fahri Hamzah mungkin bisa maju jika konfliknya dengan internal PKS mereda. Apalagi kasasi PKS di Mahkamah Agung sudah ditolak dan memenangkan Fahri. PKS pun meraih 8,56% dalam Pileg 2019.
Namun karena Pilpres 2024 masih lama, manuver politik pun akan meluncur. Saya kira PDIP, PKB, Nasdem dan Golkar Akan tetap bernaung di koalisi Jokowi-Ma’ruf. Targetnya bisa duduk dalam kabinet sebagai investasi politik menjelang Pipres 2024.
Saya menduga tak mustahil Partai Demokrat akan bergabung dengan koalisi Jokowi-Ma’ruf. Boleh jadi agar AHY masuk di jajaran kabinet. Mirip seperti manuver Golkar dan PAN pacsa Pilpres 2014.
Ungkapan Harold D Laswell, who gets what and when (siapa mendapat apa dan kapan) tampaknys selalu abadi.
Di luar probabilitas Prabowo, Fahri dan PKS serta PAN tampaknya akan tetap sekubu dengan Gerindra sebagai partai oposisi. Berada di luar pemerintahan pun adalah investasi politik.
PAN, PKS dan Gerindra bisa mencalonkan Capres karena memperoleh 27,97% suara di parlemen.Tak tertutup kemungkinan ketiga parpol ini juga melirik Anies Baswedan.
Namun di tubuh kualisi Jokowi-Ma’ruf timbul masalah. Akumulasi suaranya di parlemen (sementara) hanya 65,14%. Hanya bisa mencalonkan tiga Capres. Padahal yang berpotensi ada lima orang. Logikanya akan ada dua tokoh yang drop, atau merelakan diri mencadi Cawapres.
Jika perkiraan ini terjadi, maka kabinet Jokowi-Ma’ruf akan mengalami dinamika. Saya tak menyebutnya sebagai perpecahan, walau diduga ada tiga tokoh koalisi yang maju sebagai Capres.
Perkiraan ini bagaikan mengulangi ketika SBY maju sebagai Capres pada Pilpres 2004, padahal masih menjabat sebagai Menkopolkam dalam kabinet Megawati yang juga maju sebagai Capres.
He-he, yang tadinya sekubu dan sekutu bisa menjadi seteru. Tapi itulah politik, Bung! Tidak ada kawan dan lawan abadi.