Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Wah, ini dahsyat. Jika Pesiden Joko Widodo terpilih menjadi Presiden, dia ingin memilih orang muda, yang berusia 20 hingga 40 tahun menjadi menteri seperti diungkapkannya belum lama ini, pantas dielu-elukan.
Sejarah pun mencatat Bung Karno dalam usia 44 tahun dan Bung Hatta di umur 43 tahun, terpilih menjadi dwitunggal pemimpin RI. Namun tidak sekonyong-konyong. Walaupun masih berusia 26 tahun, Bung Karno sudah mendirikan PNI pada 1927.
Sebelumnya, Bung Karno telah mengikuti berbagai aktivitas dan kursus politik kepada Haji Agus Salim. Menggalang aksi massa, menulis pemikiran di media, dan lalu masuk bui dan dibuang ke pulau pengasingan.
Bung Hatta sudah memimpin Perhimpunan Indonesia pada 1926 di Belanda dalam usia 24 tahun. Juga mendirikan PNI Baru pada 1932. Dua tahun kemudian, Hatta dan Sjahrir dibuang ke Boven Digul tanpa pernah diadili. Bahkan, Sutan Sjahrir menjadi Perdana Menteri pada usia 36 tahun.
Amir Sjarifuddin Harahap kelahiran Medan 1907 menjadi perdana menteri pada 1948. Ia studi di Belanda dan kembali ke Indonesia pada 1927, dan menjadi Panitia Kongres Sumpah Pemuda 1928 dalam usia 21 tahun.
Luar biasa. Burhanudin Harahap menjadi perdana menteri pada usia 32 tahun, yang dianggap sebagai kabinet paling sukses.
Soal umur hanya relevan di masyarakat tradisional yang selalu menuakan yang tua. Sementara mengurus negara tak cukup seseorang dianggap pintar dan hanya tahu masalah global. Harus juga paham soal detil, walau tidak harus tahu segala hal, karena menteri adalah manajer yang kompoten memimpin kementerian.
Tentu saja bukan orang muda yang sudah terkontaminasi dengan perilaku KKN, abused of power dan integritas moral yang rapuh. Kita masih ingat politikus Angelina Sondakh, 36 tahun, Nazaruddin dan istrinya, Sri Wahyuni, 31 tahun, Dhana Widyatmika, 38 tahun, pegawai pajak Gayus Tambunan, 33 tahun dan Wa Ode Nurhayati, 30 tahun terlibat kasus korupsi.
Juga Guernur Jambi Zumi Zola berusia 35 tahun dan Bupati Talaud Sri Wahyuni Maria Manalip berumur 42 tahun juga terlibat kasus koruosi.
Yang dibutuhkan adalah orang muda yang berpikir serta bertindak out of the box. Bukan pula hubungan feodal, bagaikan seorang raja dengan kawulanya yang selalu minta dilayani. Tetapi pemimpin yang egaliter yang semata melayani rakyat. .
Tidak seperti burung tempua, yang dari zaman nenek moyangnya, kalau membuat sarang, maka pintu masuknya selalu dari bawah. Tapi penuh elan dengan siprit pembaharuan demi kepentingan umum, yang langka dilakukan oleh kaum out going generation.
Apalagi zaman pun selalu mengalir. Panta rei, kata filsuf Heraclitus. Diperlukan tokoh-tokoh yang menyuarakan geliat zamannya, bahkan menjangkau masa depan, yang selalu berkecamuk dengan perubahan.