Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kelompok Cipayung di Sumatra Utara (Sumut) mempertanyakan hasil pengusutan kepolisian dalam memberantas DPO teroris yang diduga menyusup dalam berbagai aksi mahasiswa di Sumut, khususnya Medan. Aksi mahasiswa yang dimaksud kelompok Cipayung ini adalah saat mereka menggelar gelombang aksi menolak berbagai rancangan undang-undang di depan gedung DPRD Sumut, September silam.
Kala itu, Kapoldasu Sumut Irjen Pol Agus Andrianto sempat mengatakan, aksi mahasiswa itu ditunggangi terduga DPO kasus teroris.
Jika itu benar, maka perlu diungkapkan ke publik, siapa teroris yang dimaksud sehingga persepsi publik kepada mahasiswa tidak negatif, terutama bila mahasiswa nantinya melakukan aksi. Hal itu terungkap dalam diskusi bersama kelompok Cipayung di Medan, yang digelar di Sekretariat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Medan, Jalan Setia Budi, Medan, Rabu malam (20/11/2019). Diskusi mengangkat tema "Aksi Mahasiswa di Sumut Diduga Ditunggangi DPO Teroris : Benar Atau Fiktif?"
Hadir dalam diskusi sekaligus menjadi pemantik, antara lain, Ketua Badko HMI Sumut, Alwi Hasbi ; Korwil GMKI Sumut Gito Pardede dan Komda Sumbagut PMKRI Parno Mahulae. Demikian keterangan tertulis yang diterima medanbisnisdaily.com dari PMKRI, Kamis (21/11/2019).
"Isu terduga DPO teroris yang menunggangi aksi mahasiswa di Sumatera Utara itu harus diusut tuntas dan harus ada kejelasan hukumnya. Jika tidak akan merusak stigma masyarakat bahwa setiap ada aksi mahasiswa, nanti selalu dikatakan ada yang menunggangi. Bisa-bisa itu malah membungkam aksi-aksi mahasiswa selanjutnya. Maka dari itu kita mendorong kepolisian untuk memperjelas pernyataan itu,” kata Alwi.
Lebih lanjut dikatakan, Alwi, terorisme seperti tumbuh subur di Sumut ini. Padahal negara punya BNPT, BIN dan kepolisian. Namun mereka bergerak lambat dalam penanggulangan dan pencegahan terorisme. Hal ini akan mengancam keamanan negara.
Sementara itu, Gito Pardede, menuturkan teror di Sumut ini bukan hal yang baru. Melihat situasi ini, kita menilai lembaga negara belum menunjukkan keseriusan dalam penganggulangan terorisme di Sumut ini. Kejadian bom bunuh diri di Polrestabes Medan menunjukkan keterlambatan dalam penanganan terorisme, kata Gito.
Gito menambahkan, pergerakan mahasiswa menjadi citra buruk karena terkontaminasi dengan gerakan terorisme. Pernyataan gerakan mahasiswa ditunggangi teroris bukan hanya melemahkan gerakan mahasiswa bahkan menakut-nakuti masyarakat juga. Gerakan mahasiswa ditunggangi teroris menjadi pukulan besar bagi perguruan tinggi. Karena itu, bila memang benar, harus diusut tuntas.
Memperkuat pendapat pemantik sebelumnya, Parno Mahulae mengatakan, ketika bom bunuh diri di Polrestabes Medan terjadi, kepolisian langsung bergerak cepat dengan menangkap 74 orang terduga teroris lainnya. Hal yang serupa juga harus dilakukan dalam menangani terduga teroris dalam aksi mahasiswa.
"Kita juga tidak menginginkan bahwa gerakan mahasiswa di Sumut nantinya menjadi stigma buruk ke depan dikarenakan gerakan mahasiswa ditunggangi teroris. Apabila HMI, GMKI dan PMKRI turun aksi akan diduga juga ditungaangi teroris. Jadi kasus terduga teroris dalam aksi mahasiswa, seperti yang pernah disampaikan Bapak Kapolda Sumut, harus dijelaskan," kata Parno.