Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Saya tidak tahu berapa dana APBD yang dialokasikan untuk kesenian di masa Gubernur Marahalim Harahap (1968-1979) silam. Tapi saat itu kreatifitas kesenian Sumatera Utara (Sumut) sempat bergema di tingkat nasional.
Dia bangun Tapian Daya, pusat kesenian di (Sumut), tapi belakangan berubah fungsi menjadi tempat promosi pemerintahan kabupaten-kota se-Sumut. Dia bangun pula Studio Film Sunggal tapi kemudian raib.
Kala itu, orde baru bangkit. Yang semula politik-politikan beralih ke pembangunan ekonomi. Marahalim mengutip “sedikit” dari tiket bagi setiap mereka yang “terbang” dari Bandara Polonia. Dia juga mengutip sebagian dana ekspor komoditas perkebunan, dan pemerintah pusat setuju. Tapi kini BK (biaya keluar) ekspor CPO diraup pusat tanpa berbagi dengan daerah.
Sebetulnya, APBD Sumut 2020 nencapai Rp 12,4 triliun, turun dari Rp 15,2 triliun pada 2019. Berapa dana untuk kesenian? Sulit melacaknya. Entah benar entah tidak, konon, tak ada pos khusus kesenian, karena terhimpun dalam pos kebudayaan dan pariwisata.
Syahdan, ada pula Dewan Kesenian Sumut (DKSU) dan Dewan Kesenian Medan (DKM). Logikanya kedua dewan itu dibiayai oleh APBD, tapi berapa, sayang tak pernah diumumkan ke publik.
Beda dengan di Riau dan Sumatera Barat, apresiasi pemerintah jauh lebih memadai. Tak heran nama seniman daerah itu lebih berkiprah di tingkat nasional dibanding seniman Sumut. Saya merasa bahwa kehidupan kesenian sangat tergantung kepada siapa yang memimpin sebuah daerah.
Saya ingat sejarah Kota Firenze di Italia pada abad 15, tempat bermula renaissance. Perekonomiannya tumbuh dan kota itu kaya di masa Wali Kota Cosimo de Medici yang diteruskan cucunya Lorenzo de Medici.
Negeri itu hidup dengan festival, dengan sajak yang satiris dan puisi yang erotis. Bahkan Lorenzo adalah penyair ulung, dan satu sajaknya, “panjang umur Dewa Anggur, hiduplah hasrat hati.”
Ah, Kota Medan, ibu kota Sumatra Utara megah dengan berbagai mal. Arus kenderaan berjibun di jalan raya. Ekspor hasil perkebunan pun lumayan. Sayang, tidak ada Lorenzo di sini.