Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Harga gula kian melejit. Di Pasar Induk Kramat Jati saja, harga gula sudah mencapai Rp 17.000 per kilogram (kg). Kelangkaan stok gula menyebabkan kenaikan harga.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan P Roeslani mengatakan, seharusnya sejak awal pemerintah bisa mengantisipasi lonjakan harga gula karena menipisnya stok dalam negeri. Apalagi, mengingat musim giling gula jatuh di bulan Mei mendatang. Belum lagi saat ini masyarakat diterpa fenomena panic buying sebab penyebaran virus corona, juga menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
"Kalau memang langka, kurang, kalau memang harus impor ya harus lakukan impor. Jadi logikanya sajalah. Apalagi menyangkut kebutuhan bulan puasa ini, pasti tinggilah. Semua kita manis-manis bulan puasa. Semua kita kasih gula, buka puasa pakai gula, pasti kebutuhan meningkat," kata Rosan usai mengunjungi Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (12/3/2020).
Menurutnya, pemerintah sudah mengetahui kapan produksi gula dalam negeri. Sehingga, pemerintah seharusnya mengetahui waktu yang tepat untuk mengimpor gula ketika tak ada produksi. Importasi itu pun seharusnya dilakukan sebelum harga melejit. Namun, kini harga gula sudah terlanjur melejit karena pasokan langka.
"Mereka sudah tahu siklusnya, panen kapan, jangan sampai tabrakan. Karena impornya ditunda-tunda-tunda, kemudian impornya saat masa panen. Ya itu harga turun, tapi begitu barang lagi nggak ada, impornya malah lama karena masalah administrasi, ya harga naik," terang Rosan.
Hal ini berlaku juga bagi komoditas pangan lainnya. Rosan menyarankan, dalam menjaga pasokan pangan ini harus dicermati dengan baik, terutama dalam pemenuhan komoditas pangan yang sebagian masih diimpor.
"Itu harus diantisipasi dari sekarang. Berapa lama, kemudian proses di sini berapa lama. Itu kan bisa diperhitungkan. Dan ini bukan hanya gula, tapi barang lain juga yang memang masih tinggi impornya. Termasuk bawang putih, dan lain-lain," urainya.
Menurut Rosan, penyebab harga gula naik jauh dari acuannya Rp 12.500/kg ini murni karena stok menipis. Sehingga, indikasi penimbunan itu tak benar.
"Sekarang siapa berani menimbun? Ada Satgasnya, ketat kok. Enggak ada tadi saya lihat. Nggak beranilah. Memang barangnya lagi terbatas," pungkasnya.(dtf)