Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Bargot kini menikmati stay at home. Bangun pagi dan breakfast. Lalu, mulai membuka berkas kerja kantornya. Kadang membuat laporan ke atasan. Bisa juga membuat konsep surat menjawab surat instansi lain. Lalu, dikirimkan via email ke kantor.
Benarlah ungkapan home sweet home. Rumah selalu menyenangkan. Dapat bercengkerama dengan anak-anak yang selama ini agak terabaikan. Diskusi dengan isteri tentang anggaran rumah tangga pun kian sering. Apa yang harus dibeli, dan apa yang ditunda dulu pembeliannya.
Gaya hidup baru itulah yang kini dialaminya menyusul kebijakan kantornya, work from home (WFH). Kebijakan itu diberlakukan untuk memutus penyebaran virus corona yang menyerbu negeri ini. Yang positif corona kian bertambah. Juga yang meninggal dunia, walaupun ada juga yang sembuh.
Bargot senang melihat dua anaknya libur sekolah selama dua pekan. Sebagai gantinya belajar di rumah melalui daring teknologi informasi. Sesekali dia membimbing anak-anaknya mengerjakan PR yang diberikan sang guru.
Sejak at stay home, Bargot tak lagi mengenderai sepeda motor ke kantor menempuh polusi udara perkotaan. Hemat bensin pula. Rekamya, Porjan yang naik mobil juga juga irit pengeluaran. Duit pembeli bensin bisa dipakai untuk membeli garam dan gula.
Mereka yang gemar ke tempat hiburan seperti kafe kini bak “puasa” menunaikan hobi “kiling time” itu. Bujetnya lumayan juga.
Sebagai gantinya nonton tayangan dangdut televisi di rumah. Atau memutar film dari DVD. Kadang bersama anak nonton serial “Upin dan Ipin” yang kocak tapi edukatif.
Sang ibu juga hanya sesekali belanja kebutuhan dapur ke pasar. Bahkan, kadang memesan makanan via go food atau go send.
Tak kalah penting bisa pula salat berjemaah bersama anak dan isteri. Atau melakukan “partangiangan” (kebaktian) sekeluarga di rumah.
Kontak fisik dengan orang lain pun menjadi terhindari. Sebab sudah menjauhi kerumuman di kantor, sekolah atau tempat hiburan. Otomatis social distacing (menjaga jarak) berjalan efektif untuk memutus penularan virus corona.
“Revolusi kebudayaan” kecil-kecilan itulah—jika boleh menggunakan terminologi ini -- yang muncul semenjak “puasa” gaya hidup perkotaan dilakukan secara sistemik dan massif. Warga lega dan merasa happy.