Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
“Hei Porjan, kau harus sering-sering cuci tangan untuk menghindari penularan virus corona,” seru Bargot kepada temannya melalui telpon genggam. “Apa Bung tidak salah, Bargot,” sahut Porjan. “Perilaku cuci tangan itu tidak terpuji. Itu adalah kiasan terhadap orang-orang yang menghindari tanggung-jawab,” lanjut Porjan.
“Ah, Anda ini seperti guru bahasa saja. Maksudku adalah kalimat yang sebenarnya. Bukan kiasan,” tanggap Bagot. “Maksudmu barangkali mencuci tangan. He-he, membersihkan tangan dengan sabun,” jelas Porjan.
“Okelah, pak guru bahasa. Tapi ini penting. Setiap kali hendak makan, segeralah mencuci tangan,” kata Bargot. Tak hanya itu. “Bahkan juga sebelum menyentuh hidung, mulut, dagu, kelopak mata, daun telinga dan apa saja,” urai Bargot.
Sebab, menurut juru bicara Pemerintah dalam Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, penularan virus corona terbanyak adalah melalui tangan. Anggota tubuh satu ini memang digunakan untuk banyak hal. Membuka pintu, menekan tombol listrik dan lift, menyetir mobil dan mengenderai sepeda motor dan sebagainya.
Apalagi hingga Minggu siang, 29 Maret lalu, kasus virus positif corona sudah 1.285 orang di Indonesia. Yang meninggal dunia 114 orang sedang yang sembuh sudah 64 orang.
Tak berarti kegiatan dengan tangan disetop. He-he, terus sajalah menulis di komputer, menggunakan HP untuk berkomunikasi, memasak bagi kaum ibu, memberikan sedekah kepada kaum du’afa, termasuk menerima uang hasil transaksi bisnis dan berbagai macam lainnya.
Namun jangan lupa sering-seringlah mencuci tangan. Tak ada ukuran harus berapa kali dalam sehari. Tapi jangan biarkan tangan Anda menjadi sarana dan mediator penularan virus corona.
Peliharalah tangan Anda sebagai anugerah Tuhan. Bah, termasuk memotong kuku yang panjang, jangan sampai jadi sarang kuman. Barangkali, itu sebabnya agar tangan tak kelihatan telanjang diberi aksesoris berupa arloji, cincin dan gelang.
Namun percuma tangan Anda kelihatan indah tetapi menjadi media penularan virus corona. “Karena itu, kerap-keraplah “cuci tangan.” Eh, sory, diralat. Bukan “cuci tangan” melainkan “mencuci tangan.” simpul Bargot. Di seberang, Porjan tertawa terkekeh-kekeh.