Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Seorang bocah, sepertinya anak orang kaya, bermain-main bersama teman-temannya. Namanya Ovi Mahajan (Rudhraksh Jaiswal). Dari mobil yang mengantar dan menjemputnya kita tahu bahwa dia bukan anak dari orang biasa. Rumahnya pun megah. Kelak penonton akan diberi tahu bahwa dia adalah anak dari seorang crime lord India yang juga bernama Ovi (Pankaj Tripathi).
Ketika Ovi pulang ke rumah dia ditegur karena dia masih main-main dan tidak langsung bergegas ke rumah. Ini adalah sebuah set-up karena penonton akan segera tahu bahwa Ovi akan diculik oleh musuh bapaknya. Tanpa berbasa-basi seorang mercenary yang berkecimpung di dunia gelap bernama Tyler Rake (Chris Hemsworth) disewa untuk mendapatkan Ovi. Kejar-kejaran penuh darah pun segera terjadi.
Dibandingkan dengan film-film gemasnya seperti romantic comedy (Set It Up, Always Be My Maybe, To All The Boys I''ve Loved Before dan sekuelnya) atau film-film drama kelas Oscarnya (Roma, The Irishman, Marriage Story), Netflix masih agak kebingungan dalam mempersembahkan film action-nya. Beberapa yang sudah dirilis tidak menimbulkan kesan yang mendalam seperti dua genre film yang saya sebutkan tadi.
Triple Frontier walaupun dibuat oleh J. C. Chandor tidak semenggebrak film-film dia sebelumnya. Bright yang mendatangkan Will Smith dalam sebuah film action, comedy dengan bumbu fantasi ternyata gagal menjadi sebuah tontonan yang fenomenal (meskipun kabarnya sekuelnya akan dibuat). 6 Underground yang dibuat oleh Michael Bay ternyata seperti reka ulang semua filmography Michael Bay sebelum-sebelumnya. Lengkap dengan perempuan seksi, ledakan dimana-mana dan action sequences mahal yang hanya bisa Bay lakukan. Spenser Confidential lumayan menghibur tapi ini jelas bukan kolaborasi terbaik dari Mark Wahlberg dan Peter Berg.
Extraction adalah persembahan terbaru dari Netflix yang mencoba mengubah paradigma tersebut. Hasil akhirnya adalah "usaha yang bagus" meskipun bukan sebuah gebrakan yang meyakinkan. Secara plot, tidak ada yang perlu bisa dibahas dari sebuah kisah yang sudah pernah kita tonton di hampir semua film action buatan Hollywood. Diadaptasi dari Ciudad karya Ande Parks, Joe Russo dan Fernando Leon Gonzales, Extraction yang ditulis skripnya oleh pembuat Avengers Endgame masih terasa seperti stereotip film action pada umumnya. Meskipun mereka mencoba menambahkan sesuatu dengan karakterisasi karakter utama yang lebih kompleks (jauh lebih kompleks dari kebanyakan film aksi kebanyakan) tapi hasil akhirnya tetap saja generik.
Yang dilakukan sutradara Sam Hargrave (stunt coordinator dalam Captain America: Civil War dan Avengers: Endgame) adalah menjadikan Extraction semenarik dan seseru mungkin. Itulah sebabnya editing-nya begitu cepat. Dan adegan aksinya bisa jadi lawan yang baik untuk semua kekerasan yang pernah ditampilkan di film-film David Ayer. Dengan darah dimana-mana dan adegan brutal kekerasan yang ditampilkan tanpa tedeng aling-aling, susah untuk tidak fokus saat menonton Extraction.
Meskipun Extraction tidak semenggelegar dua film The Raid atau bahkan tiga jilid John Wick, tapi setidaknya Chris Hemsworth tampil dengan cukup totalitas dalam film ini. Setiap scene yang melibatkan karakternya terasa seru dan menegangkan. Anda bisa merasakan betapa besar komitmen yang dipegang oleh Hemsworth setiap kali ia muncul. Chemistry-nya dengan Jaiswal juga baik sehingga duet mereka menjadi alasan kenapa Extraction enak untuk ditonton sampai akhir film.
Tentu saja karena ini hanya sebuah entertainment, hal-hal seperti "kenapa semua negara dunia ketiga penggambarannya seperti itu", atau "kenapa ini menjadi seperti white savior movie" atau "apa hubungannya semua kekerasan yang heboh itu dengan konten filmnya" tidak akan bisa Anda temukan jawabannya. Tapi jika Anda mencari sebuah tontonan seru saat menjalani #DiRumahAja bareng keluarga, Extraction bisa menjadi pilihan yang asyik. dtc