Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ditetapkannya Geopark Kaldera Toba menjadi anggota UNESCO Global Geopark (UGG) pada 7 Juli seharusnya menjadi cambuk bagi pemerintah pusat dan daerah untuk segera menertibkan dan mengusir perusahaan-perusahan yang diduga merusak lingkungan kawasan Danau Toba. Penegasan itu disampaikan pengamat budaya Sumatra Utara, Sri RM Simanungkalit saat dihubungi medanbisnisdaily.com, Rabu (22/7/2020).
Sri menjelaskan, konsep geopark pada awalnya bertujuan untuk mengkonservasi bumi dan alamnya serta mengkonservasi budaya, kultur serta identitas masyarakat yang ada di kaldera Toba.
"Seharusnya ini saatnya dan menjadi cara terbaik dari pemerintah untuk mengembalikan dan mengkonservasi alam dan budaya kaldera Toba, yakni dengan cara mengusir semua perusahaan perusak kawasan Danau Toba," tegasnya.
Menurutnya, tujuan global Geopark Toba saat ini sudah melenceng. Konsep geopark lebih identik dengan proyek pembangunan fisik dan sarana. Sementara alamnya, seperti contohnya, Gunung Pusuk Buhit yang terabaikan. Hutan-hutan di kawasan Kaldera Toba sudah habis dibabat.
Tidak soal alam dan budaya yang semakin melenceng, menurut Sri, orang-orang yang terlibat dalam pengembangan Geopark Toba saat ini kurang memahami. Bahkan, orang orang yang dulunya berjuang untuk mewujudkan Global Geopark sudah tidak muncul lagi, melainkan digantikan oleh orang orang yang kurang berkompeten.
"Mantan Bupati Samosir, Pak Mangindar Simbolon salah satu orang yang paham tujuan Global Geopark, saya kenal beliau karena mampu menembus tingkat pusat, namun sekarang nama beliau sepertinya hilang," kesalnya.