Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Akademisi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Rholand Muary, menilai keputusan PDIP yang lebih memilih Bobby Afif Nasution sebagai calon Wali Kota Medan, ketimbang Akhyar Nasution yang merupakan kader tulen partai banteng membuktikan bahwa PDIP tidak jauh berbeda dengan partai lain, yakni transaksional. Menurutnya, saat ini Akhyar Nasution memiliki posisi strategis di pemerintahan, karena menjabat Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Medan, atau petahana.
"Apa yang terjadi pada Akhyar menunjukkan bahwa seorang kader tulen dan loyalitas kepada partai dan punya posisi strategis di pemerintahan belum tentu juga didukung oleh partainya sendiri," ujarnya, ketika dimintai tanggapan, Minggu (26/7/2020)
"Ini membuktikan bahwa budaya politik di PDIP atau di partai partai lain sangat sentralistik dan juga sangat transaksional," sebutnya.
Rholand menyebut, selama ini publik menilai Akhyar Nasution banyak berperan penting membela partainya dari isu negatif saat kontestasi pemilu serentak 2019. Dengan keputusan PDIP yang memilih mendukung Bobby Afif Nasution yang notabene 'anak baru', wajar menimbulkan kekecewaan hingga pada akhirnya Akhyar Nasution memilih berpaling.
"Tentu ada kekecewaan tersendiri bagi Akhyar, apalagi selama ini, beliau menjadi kader PDIP dari bawah, dan terkesan PDIP juga yang meninggalkannya karena tidak mendukungnya dari awal karena kehadiran Bobby Nasution," ungkapnya.
Sekadar mengingatkan, kontestasi Pilkada Medan saat ini terfokus kepada sosok Akhyar Nasution yang didukung Partai Demokrat - PKS, serta Bobby Afif Nasution yang diusung mayoritas partai politik pendukung pemerintah.