Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Teheran. Otoritas Iran mengomentari perjanjian damai antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel yang baru diumumkan. Iran menyebut kesepakatan yang mengatur normalisasi hubungan antara UEA dan Israel itu 'berbahaya dan tidak sah'.
"Langkah memalukan Abu Dhabi (UEA) untuk mencapai kesepakatan dengan rezim Zionis (Israel) palsu merupakan langkah berbahaya, dan UEA dan negara0negara lain yang mendukungnya akan bertanggung jawa atas konsekuensinya," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Iran seperti dikutip kantor berita IRNA dan dilansir Reuters, Jumat (14/8/2020).
"Ini sama saja menikam Palestina dari belakang dan akan memperkuat persatuan kawasan melawan rezim Zionis," tegas pernytaan itu.
Diketahui bahwa UEA dan Israel sepakat menormalisasi hubungan diplomatik dan menjalin hubungan baru yang lebih luas. Dalam perjanjian yang dimediasi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ini, Israel juga sepakat menangguhkan sementara rencana pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat.
Perjanjian ini juga memperkuat posisi menentang Iran, yang oleh UEA, Israel dan AS dipandang sebagai ancaman utama dalam situasi konflik di Timur Tengah.
Otoritas ketiga negara menyebut perjanjian damai ini 'bersejarah' dan menjadi terobosan menuju perdamaian. Namun para pemimpin Palestina, yang terkejut oleh kesepakatan ini, mengecamnya dengan keras dan menyebutnya sebagai 'tikaman di punggung' bagi perjuangan Palestina.
Diketahui bahwa kebanyakan negara Arab tidak mengakui Israel dan tidak menjalin hubungan diplomatik maupun ekonomi dengan negara Yahudi itu. UEA menjadi negara Teluk Arab pertama, dan negara Arab ketiga, yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, setelah Mesir dan Yordania.
Sheikh UEA, Mohammed bin Zayed, dalam pernyataannya menyebut perjanjian ini akan menghentikan upaya Israel untuk mencaplok wilayah Palestina. Pejabat senior UEA, Anwar Gargash, menyebut perjanjian ini membantu menjinakkan apa yang disebutnya sebagai 'bom waktu'. Dia mendorong Israel dan Palestina untuk kembali ke meja perundingan.(dtc)