Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Dewan Pers meminta kalangan media massa untuk tidak terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari media sosial (medsos) sebagai berita. Informasi yang bersumber dari medsos harus diverifikasi terlebih dahulu kebenarannya sebelum dinaikkan menjadi berita.
Hal itu dikatakan Ketua Komisi Penelitian, Pendataan dan Ratifikasi Pers Dewan Pers, Ahmad Djauhar, saat tampil sebagai pembicara dalam workshop Masa Depan Media Digital, Kode Etik dan Pedoman Media Siber Indonesia, yang diadakan Serikat Media Siber Indonesia Sumatra Utara (SMSI Sumut) di Gedung Bina Graha Provinsi Sumut, Rabu (16/9/2020).
Workshop yang dimoderatori Drs H Eddy Sofyan MAP tersebut turut menghadirkan pembicara Iptu Viktor Pasaribu dari Subdit V Siber Ditreskrimsus Polda Sumut dan Kabid Pengelolaan Informasi Kominfo Sumut Harvina Zuhra serta Plt. Kadis Kominfo Provsu Irman Oemar, mewakili Gubernur Sumut, yang tampil sebagai keynote speaker.
"Wartawan atau media perlu berhati-hati dalam menggunakan informasi di media sosial. Manfaatkan informasi dari media sosial hanya sebagai bahan awal," ujarnya.
Ahmad Djauhar mengatakan, informasi dari medsos tersebut selanjutnya harus diolah dan diperkaya, sekaligus diverifikasi kebenarannya.
"Kalau hanya mengandalkan media sosial semata, maka akan mudah terjebar dengan penyebaran hoax. Junjung tinggi kode etik jurnalistik yang menjadi pegangan pers dalam bekerja. Berita harus berbasis pada fakta yang terverifikasi," tegasnya.
Ahmad Djauhar juga meminta agar media massa melakukan diferensiasi informasi dengan media sosial. "Media-pers yang tidak mampu mendiferensiasi dengan media sosial, maka akan ditinggalkan pembacanya. Carilah diferensiasi itu sedalam mungkin," tuturnya.