Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Humbahas. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Prof Robert Sibarani, mengatakan, membangun pariwisata di Danau Toba, Sumatra Utara tidak dengan literatur melainkan melalui pengembangan keanekaragaman budaya sebagai pemikat kunjungan pariwisata di kawasan itu.
Ia yang juga Ketua Keompok Pakar UGG mengatakan, masyarakat di kawasan Danau Toba harus mendukung program kebijakan pemerintah dalam pengembangan pariwisata. Apalagi setelah direkomendasi Unesco agar Geopark Kaldera Toba (GKT) masuk dalam Unesco Global Geopark (UGG) pada 7 Juli 2024.
"Proses panjang penilaian atas potensi Danau Toba dilihat dari geodiversity, terkait keanekaragaman batu-batuan dan hayati. Lalu ada keanekaragaman budaya atau culture diversity. Dalam hal ini, semua elemen masyarakat diharapkan turut mengawal terwujudnya Danau Toba Kawasan GKT di 16 lokasi Geo Site," katanya.
Tiga penilaian UGG, lanjutnya, salah satunya adalah keunikan dari keanekaragaman budaya pada tujuh kabupaten kota di kawasan Danau Toba. Perbedaan etnik dan budaya itu adalah potensi yang perlu dibina dengan baik karena budaya itu saling berhubungan.
"Potensi budaya itu harus dibina dan dikembangkan sebagai daya pikat untuk wisatawan, karena budaya tersebut berkaitan dengan sistem mata pencarian maupun siklus kehidupan mereka. Maka jadikan budaya itu sebagai atraksi, melalui pembinaan seorang akademisi kebudayaan, atraksinya akan berjalan dengan baik dan benar," sebutnya.
Selian itu, pembangunan infrastruktur dianggap penting, namun proses pembangunan itu tidak menghilangkan nilai kearifan lokal dari masing-masing tradisi lokal.
"Tidak perlu membangun hotel yang berbintang, tetapi lebih baik fokus dengan pengembangan homestay dengan fasilitas mendekati hotel berbintang tiga. Karena uangnya bisa mengalir ke masyarakat lokal, nantinya kamar homestay akan seperti hotel besar," sebutnya.
Melihat kebudayaan itu, dilihat dalam prospek komponen pariwisata tentu dengan memberikan rasa aman dengan penduduk sekitar. "Menjalankan konsep itu tidak hanya membaca literatur tetapi yang paham apa budaya masyarakat lokal," katanya.
Untuk itu, tradisi budaya itu harus dikukuhkan jangan merusak tradisi budaya.apabila budaya mulai hilang, perlu direvitalisasi kembali dan kembali kepada budaya yang seutuhnya. "Formance tradisi budaya itu apabila dilaksanakan untuk memikat dan menguntungkan kepada masyarakat itu sendiri," ucapnya.