Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Buku nonfiksi Sosiologi Sastra karya Sapardi Djoko Damono diterbitkan lagi oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU). Rilis perdana pada 1979, bukunya kini bisa menyapa pembaca Tanah Air bulan ini.
Sosiologi Sastra diluncurkan secara virtual lewat Zoom dan YouTube Gramedia Pustaka Utama (GPU) pada Selasa (8/12/2020).
Dimoderatori oleh novelis Ratih Kumala, acara peluncuran diisi oleh guru besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia Melani Budianta dan Sunu Wasono dari Ketua Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia di FIB Universitas Indonesia.
Melani Budianta mengatakan Sosiologi Sastra merupakan buku yang terbilang 'Sapardi banget'.
"Artinya semua Kiprah Pak Sapardi Djoko Damono dari minatnya memang ada pada Sosiologi Sastra. Ketika Pak Sapardi belajar di Fakultas Sastra (kini FIB) UI, Pak Sapardi melakukan penelitian yang dilakukan sejak lama yaitu membuka ruang untuk penelitian Sosiologi Sastra," katanya.
Buku Sosiologi Sastra memuat teori sastra yang berhubungan dengan lingkungan, masyarakat, serta kondisi sosial budaya politik yang terjadi di Indonesia.
Sapardi Djoko Damono yang punya wawasan soal kritik sastra ketika mengenyam pendidikan di Sastra Inggris menelaah berbagai teori. "Wawasannya memang sangat luas, tidak melihat sebatas sastra saja tapi juga bagian dari masyarakat," katanya.
Dalam buku Sosiologi Sastra, ada tiga hal yang dibahas yakni kaitan sastra dengan masyarakat, berbagai teori sastra, dan sejarah dari sastra tersendiri.
"Tiga cakupan ini yang ditekuni Sapardi Djoko Damono selama ini. Betul-betul dunia Pak Sapardi yang disumbangkan buat kita semua. Di bagian catatan akhir, Pak Sapardi mulai bicara soal netizen sampai tergerak gimana sastra masuk ke dunia digital," kata Melani Budianta.
Sunu Wasono yang pernah menjadi asisten dosen Sapardi Djoko Damono pun menambahkan dalam setiap bahan ajar yang dibawakan, novelis Hujan Bulan Juni itu selalu memberikan contoh kepada para muridnya.
"Dalam mengajarkan itu terkesan sekali karena kita tidak hanya disuruh menghapal konsep dan definisinya tapi juga menghayati dan menangkap ilmu yang disampaikan, lalu memberikan contoh secara konkrit," tukasnya. dtc