Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. 2 anak penderita penyakit kulit aneh asal Desa Panjaringan, Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Haikal (9 tahun) dan Zakira (3 tahun), telah meninggalkan RS Haji Medan.
Diketahui keduanya telah pulang ke kampung halaman pekan kemarin dari rumah sakit tempat mereka menjalani perawatan sejak Senin 5 Juli 2021 yang lalu. Namun demikian, penyakit kulit yang diderita, masih belum sembuh.
Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, mengatakan hal itu menjawab wartawan, didampingi Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah, di Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro Medan, Kamis (15/07/2021).
Mengapa keduanya pulang padahal belum sembuh?, menurut Gubernur Edy adalah karena permintaan orangtua (Khairunisa Rangkuti) kedua anak itu. "Orangtuanya tidak mau diobati, dia membuat surat dan itu adalah tanggung jawab orangtuanya," kata Edy.
Karena permintaan pulang, rumah sakit tidak menolak meskipun sebenarnya orangtua kedua anak itu sudah diedukasi dokter yang menangani. "Dan dia sekarang dibawa pulang ke kampungnya," ujar Edy.
Ia menambahkan, penyakit kulit aneh yang diderita kedua anak itu masih dijajaki. "Karena penyakitnya juga belum bisa kita temukan, penyakit apa itu," tambah Edy.
Sebelumnya, kedua anak itu dirujuk Gubernur Edy Rahmayadi ke RS Haji Medan, milik Pemprov Sumut, untuk menjalani perawatan. Ia merujuknya ke sana dengan harapan jenis penyakit bisa diketahui dan agar sembuh.
Karenanya, Gubernur Edy Rahmayadi sampai menginstruksikan dibentuknya tim medis untuk fokus menangani penyakit kedua anak itu.
Dan sebelumnya, Gubernur Edy Rahmayadi, Senin (05/07/2021), mengatakan ada dugaan bahwa penyebab penyakit kulit kedua anak itu karena merkuri, sebagai dampak dari praktik penambangan ilegal yang masih marak di Madina.
"Kalau kita lihat dari posisi desanya, itu atasnya ada penambang emas. Tapi tak bisa kita ngomong seperti itu, kita lihat nanti, kita bawa ke laboratorium apa itu," ujar Edy, seraya mengatakan telah dibentuk tim menangani kedua anak itu yang diketuai dr Inke Lubis.
Lebih lanjut Edy Rahmayadi mengatakan sudah banyak kasus cacat anak di Madina yang diduga kuat dampak dari pertambangan ilegal Madina.
Namun konteks penyakit yang diderita anak-anak tersebut, tidak seperti yang dialami Haikal dan Zakira. "Dia langsung tidak berkaki, kepala rusak. Kalau ini kan dia awal mulanya seperti biasa, sempurna. Tapi terus lambat laun seperti itu," ujar Edy.
Kembali ke penyakit kulit Haikal dan Zakira, menurut Gubernur Edy lagi, kemungkinan ada sesuatu. "Itu alternatif ya, ya kedua kemungkinan genetik. Kalau genetik, orang tuanya duanya sempurna tidak ada apa-apa. Ini yang akan kita pastikan ada apa sehingga kita bisa ambil langkah-langkah penyembuhan," sebutnya.
Lalu langkah-langkah apa yang dilakukan Pemprov Sumut agar tidak semakin marak pertambangan ilegal di Madina?. Menurut Edy, terus dibangun komunikasi dengan masyarakat setempat agar beralih dari pertambangan ke usaha produktif.
"Itu sebenarnya kita sedang dalam komunikasi dengan rakyat yg melakukan tambang, penambangan. Kita alihkan pendapatan rakyat yang selama ini nambang, kita hentikan tambang itu. Setelah itu yang mau bertani kita siapkan pertanian, yang mau beternak kita siapkan peternakan, yang mau perikanan kita siapkan," jelasnya.
Sebelumnya pada Minggu (04/07/2021) sore, Gubernur Edy menjenguk kedua anak itu dan orangtuanya di Medan Johor. "Jadi menurut orang tuanya, sejak lahir itu sudah ada seperti luka bakar dan melepuh bercak, akhirnya hingga sampai saat ini, luka itu menyebar hinggga membuat jarinya putus," katanya.
Dan orangtua kedua anak itu, Khairunisa Rangkuti, mengatakan mereka sudah berkali-kali berobat ke rumah sakit namun tidak sembuh juga, dan akhirnya mereka memilih jalur alternatif.
Gejalanya penyakit pada anaknya sudah ada semenjak lahir, dan semua anggota tubuhnya masih normal. Upaya yang dilakukan mereka saat ini yakni berobat jalan serta menggunakan obat tradisional.
Diketahui Nisa dan suaminya adalah warga Madina, tepatnya di Desa Panjaringan, Kecamatan Tambangan Madina. Ayah sang anak kesehariannya adalah buruh tani dan menderes getah karet (pohon rambung). (benny pasaribu)