Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Pertemuan di Kairo merupakan inisiatif Abdel Fattah al Sisi yang berusaha memediasi perdamaian antara Israel dan Palestina. Dia juga mengawal perundingan tidak langsung dengan Hamas menyusul perang 11 hari di Jalur Gaza, Mei silam.
Namun ketegangan yang berulangkali meletup di Gaza memaksa pemerintah Mesir menggandakan upaya damai.
Di Kairo, ketiga kepala negara berjanji akan "bekerjasama untuk merumuskan visi yang bisa mendorong upaya kelanjutan perundingan dan perdamaian," tulis kantor kepresidenan Mesir, Kamis (2/9).
Adapun Mahmoud Abbas, yang beberapa hari lalu bertemu dengan Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, menyatakan siap membangun atmosfer yang kondusif bagi perdamaian dengan jiran yang dimusuhi.
Dia mengecam, eskalasi "kekerasan" oleh Israel dan "agresi pemukim Yahudi di bawah perlindungan militer," membuat solusi dua negara mustahil terwujud. Menurutnya damai adalah satu-satunya cara meredakan ketegangan.
"Kami menegaskan kembali kesiapan bekerja sama untuk membangun atmosfer yang memungkinkan upaya untuk membangun kepercayaan, termasuk mengupayakan situasi kondusif di Palestina," kata dia seperti dilansir kantor berita Wafa.
Damai tanpa solusi dua negara
Koalisi pemerintahan baru di Israel, yang untuk pertama kalinya melibatkan sebuah partai Arab, sejauh ini sudah mengisyaratkan ingin mengupayakan damai. Baru-baru ini, kantor Perdana Menteri Neftali Bennett mengumumkan dia akan "segera" mengunjungi Mesir untuk bertemu dengan al-Sisi.
Pekan lalu, Bennett berbicara dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dalam kunjungan singkat di Washington. Pertemuan itu disusul oleh serangkaian bantuan yang diklaim Israel untuk memperkuat otoritas Palestina di Tepi Barat, antara lain pinjaman senilai USD 150 juta.
Agustus silam, direktur dinas rahasia Mesir, Abbas Kamel, melakukan kunjungan langka ke Israel untuk membahas gencatan senjata dengan Hamas. Kamel juga dikabarkan melawat ke Tepi Barat dan bertemu dengan Presiden Abbas.
Dalam pertemuan di Kairo, Kamis (2/9), Presiden al-Sisi dan Raja Abdullah II mewanti-wanti terhadap "dampak berbahaya" perluasan pemukiman Yahudi di Tepi Barat, penggusuran pemukiman Palestina, atau penyitaan lahan oleh Israel. Al Sisi menegaskan, pembentukan negara Palestina mensyaratkan unifikasi semua faksi di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Pada Rabu (1/9), Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, meragukan pemerintahannya akan bersedia mendukung solusi dua negara. Menurutnya langkah itu akan mengucilkan fraksi kanan jauh di dalam tubuh koalisi pemerintahan. dtc