Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
TUJUH kabupaten di kawasan Danau Toba (KDT), yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir menjadi target destinasi kelas dunia seiring dengan penetapan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun mengucurkan dana hingga triliunan rupiah dalam beberapa tahun terakhir untuk percepatan pembangunan infrastruktur di KSPN Danau Toba, terutama akses dari Medan dan Bandara Kuala Namu menuju Parapat dan sekitarnya.
Namun sayangnya, dari 7 kabupaten yang berada di kawasan Danau Toba, Kabupaten Dairi justru seperti luput dalam percepatan infrastruktur jalan. Sudah berulangkali dan mungkin setiap tahun peristiwa jalan longsor terjadi pada ruas jalan nasional menuju Sidikalang dari Medan.
Peristiwa terakhir pada Januari 2021, di mana jalan penghubung Medan-Sidikalang, tepanya di Desa Sitinjo amblas puluhan meter hingga memutus tansportasi. Belum lagi buruknya kondisi jalan melahirkan tanda tanya kelayakan statusnya sebagai jalan nasional, apalagi untuk mendukung mimpi kawasan pariwisata strategis nasional.
Padahal infrastruktur jalan yang layak dan aman sangat dibutuhkan untuk mendukung jalur barang dan jasa. Apalagi jalan lintas Kabupaten Karo-Kabupaten Dairi-Kabupaten Pakpak Bharat, saat ini adalah akses utama masyarakat untuk mengangkut hasil pertanian, sehingga sangat berpengaruh terhadap perekonomian warga.
Sebagai ruas jalan utama untuk menghubungkan sejumlah kabupaten dan kota di Provinsi Sumatra Utara dan Aceh, dan dengan segala potensi destinasi wisata yang luar biasa, sudah selayaknya jalan lintas ini mendapatkan perbaikan, pelebaran hingga alternatif akses jika jalan lintas tersebut mengalami gangguan.
Potensi Tanpa Dukungan Infrastruktur
Selain menghambat distribusi barang dan jasa, kerusakan badan jalan adalah salah satu penyebab utama tingginya angka kecelakaan, terutama ruas jalan nasional Sidikalang-Medan, mulai perbatasan Karo-Dairi, tepatnya di hutan lindung Lae Pondom, Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul, hingga Kelurahan Batangberuh, Kecamatan Sidikalang.
Kecelakaan yang diakibatkan banyaknya lubang di sepanjang ruas badan, sempitnya badan jalan, serta beram jalan yang cukup dalam, termasuk minimnya penerangan jalan dan rambu peringatan, sementara di sisi kanan atau kiri berhadapan dengan jurang atau tebing, bahkan kedalaman beram dengan jalan mencapai 50 cm.
Sempitnya ruas jalan ditambah ketiadaan parit pembuangan menyebabkan air hujan yang turun mengalir ke beram jalan dan membentuk genangan air yang menyulitkan pengemudi untuk menentukan batas beram yang dalam, dan sangat berbahaya bagi kendaraan atau mobil berukuran besar untuk berpapasan dari dua arah yang berlawanan.
Padahal keberadaan jalan tersebut menjadi akses utama penghubung untuk 4 kabupaten kawasan Danau Toba, yakni Kabupaten Samosir, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo dan Kabupaten Pakpak Barat hingga ke Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, tentunya menjadi pertanyaan letak pemerataan percepatan Kawasan Danau Toba menjadi destinasi pariwisata super prioritas.
Memang Kementerian PUPR telah melaksanakan percepatan infrastruktur penunjang, berupa pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Sidikalang. Namun sayangnya perbaikan kualitas dan mutu jalur transportasi terutama jalan belum terlihat hingga saat ini.
Peningkatan Infrastruktur jalan menjadi sangat penting karena belum adanya akses transportasi lainnya menuju Sidikalang, sehingga sudah sewajarnya jalan lintas Medan-Dairi menjadi prioritas utama bagi Kementerian PUPR dalam jangka pendek untuk mempersingkat waktu tempuh, memperlancar arus barang dan jasa, sebagai langkah mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Di tengah keseriusan mega proyek Kawasan Pariwisata Strategis Nasional, dan kesungguhan Pemerintah Kabupaten Dairi untuk terus berkontribusi dalam mendorong pariwisata sebagai sektor unggulan utama selain pertanian, maka seharusnya menjadi gayung bersambut bagi pemerintah pusat untuk memberikan perhatian dan dukungan penyelesaian masalah infastruktur jalan utama Medan-Sidikalang dalam upaya pengembangan Danau Toba.
Potensi Kabupaten Dairi dalam menyokong KSPN Danau Toba sangatlah besar, terutama dengan panorama keindahan alam, seperti Geosite Silahisabungan dengan Tao Silalahi yang memukau dan berada di tepian Danau Toba.
BACA JUGA: Demokrasi dan Kebebasan Berpendapat
Pemerintah Kabupaten Dairi, bahkan sudah membuat berbagai perencanaan kegiatan sebagai bentuk kontribusi nyata daerah dalam pengembangan KSPN Danau Toba, seperti perencanaan ekowisata alam perbukitan, wisata alam Danau Toba dan wisata edukasi pertanian yang berlokasi di Desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan.
Tao Silalahi yang terletak di Kecamatan Silahisabungan adalah hamparan pantai yang indah terbentang di sepanjang 28 km, dengan jarak tempuh sekitar 125 km dari pusat kota Medan dikenal dengan danau yang miliki palung terdalam di dunia mencapai 905 meter, lokasi yang kaya akan ikan tawar dengan kandungan protein yang dianggap melebihi ikan sejenis yang berasal dari Vietnam dan Thailand.
Di Kecamatan Silalahi ini ada beberapa tempat wisata budaya dan kesenian, seperti Tugu Makam Raja Silahisabungan, pernak pernik pakaian adat yang khas serta adanya Pantai Paropo dan berbagai kegiatan lainnya di kawasan ini.
Kemudian kawasan wisata Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo seluas 13 ha yang memiliki fasilitas bangunan dengan nuansa simbol toleransi kerukunan umat beragama, serta menikmati Air Terjun Sampendabah setinggi 30 meter dengan beberapa tingkat tersebut berasal dari aliran Lae (Sungai) Pandaroh yang mengalir dan membelah kawasan TWI.
Beberapa wahana juga tersedia di lokasi TWI, seperti ruang painting tiga dimensi, fasilitas outbond, lorong kaca dan ruang laser di dalam bangunan ular serta penginapan di Bahtera Nuh dan penginapan di lokasi Muslim.
Begitu juga dengan Taman Wisata Alam Si Cike Cike yang menonjolkan keindahan dan keasrian alam, dipadukan dengan konsep pelestarian alam karena merupakan salah satu hutan suaka alam, yang terletak di Desa Bangun, Kecamatan Parbuluan dan merupakan salah satu dari 124 TWA yang ada di Indonesia atau salah satu dari 6 TWA yang ada di Provinsi Sumatera Utara.
Dengan potensi keanekaragaman flora dan fauna TWA Sicike cike, sering dijadikan sebagai lokasi penelitian dari dalam maupun luar negeri, termasuk menikmati kesegaran alam yang jauh dari polusi udara
Lebih dekat dari pusat Kota Sidikalang, ada Puncak Sidiangkat atau sering disebut Puncak Nantampuk Mas dengan wisata ala Sarang Burung, yang hanya berjarak sekitar 8 kilometer dari pusat kota Sidikalang menuju Desa Sidiangkat.
Spot foto menarik menyerupai sarang burung tepat berada di pinggir jalan Letter Z, Kilometer 12, Kecamatan Siempat Nempu Hulu, lokasi dengan hamparan tanaman buah naga seluas di area sekitar 1.5 hektare dan dapat memetik sendiri, begitu juga dengan durian sidikalang di Kecamatan Paroggil yang terkenal kelezatannya.
Pemerataan Memaksimalkan Potensi
Kabupaten Dairi yang merupakan bagian dari wilayah Kawasan Pariwisata Strategis Nasional Danau Toba dan Toba Caldera UNESCO Global Geopark, dan tentunya sangat membutuhkan perhatian, baik dari aspek infrastruktur yang selama ini menjadi masalah dan peningkatan kualitas SDM pariwisata.
Selain mendesaknya peningkatan dan percepatan Infrastruktur jalan, perlu diperhatikan kebutuhan tersedianya sarana pendidikan tinggi yang sangat mendesak. Karena 4 kabupaten seputaran Danau Toba, yakni Dairi, Samosir, Pakpak Bharat dan Humbang Hasundutan bisa dikatakan tidak memilikinya.
Dengan membangun perguruan tinggi yang secara kejuruan disesuaikan dengan potensi utama kawasan, yakni pertanian dan pariwisata, maka proses pemerataan peningkatan sumber daya manusia lokal sekaligus akan membuka akses keadilan memperoleh pendidikan yang layak seharusnya juga menjadi perhatian dalam membangun kawasan pariwisata strategis nasional.
Begitu juga dengan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan di empat kabupaten yang termasuk dalam kawasan pariwisata strategis nasional, karena hanya memiliki satu unit rumah sakit umum daerah bertipe C dan sisanya hanya Puskesmas, sehingga sangat menyulitkan warga untuk dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang terbaik, termasuk jika wisatawan yang mengalami sakit dalam proses berwisata.
Menjadikan Danau Toba sebagai kawasan destinasi terpadu super prioritas, tentunya sangat baik, tetapi harus sangat memperhatikan beberapa variabel pendukung, seperti pengembangan sumber daya manusia, kesehatan dan kenyamanan transportasi, sehingga destinasi yang diharapkan berkelas dunia benar – benar mumpuni dan merata secara infrastruktur dan layanan dasar.
====
Penulis Direktur Eksekutif Perhimpunan Suluh Muda Inspirasi (SMI)/penggiat HAM dan Demokrasi
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]