Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Gunungsitoli. Kepala KPw BI Sumut, Soekowardojo mengatakan, perilaku pembayaran digital di Indonesia naik 65% dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Untuk mendorong ekosistem digital, BI dan ASPI mengembangkan kanal pembayaran dengan satu standard QR code melalu QRIS.
“Penggunaannya mudah, cukup dengan handphone untuk bertransaksi. Dengan fitur QRIS, pembeli dan penjual bisa bertransaksi dengan tetap menjaga jarak dan bahkan tanpa tatap muka secara langsung,” kata Soekowardojo di acara penandatanganan MoU QRIS di Sinode BNKP, di Kota Gunungsitoli, Kamis (4/11/2021).
Dijelaskan, saat ini QRIS sudah terintegrasi dan didukung oleh 38 penyedia jasa perbankan, yakni bank maupun non-bank, seperti Mandiri, BNI, BRI, BCA, BSM, CIMB, Bank Riau Kepri, Gopay, OVO, Dana, LinkAja, ShopeePay, dan lainnya.
Dengan QRIS, perbedaan rekening/aplikasi pembayaran tak lagi menjadi isu, misalnya pembeli menggunakan Dana, penjual menggunakan OVO, pembayaran dari Dana tetap bisa diterima oleh OVO asalkan pembayarannya menggunakan kanal QRIS.
QRIS bukanlah aplikasi sehingga tidak dapat didownload. QRIS hanya kanal pembayaran berbentuk QR code yang dimiliki oleh penerima pembayaran. Fitur QRIS untuk scan pembayaran, sudah tersedia di setiap aplikasi mobile banking/mobile payment dan semuanya bisa digunakan untuk transaksi pembayaran dan tarik, transfer dan setor via QRIS.
Saat ini, Bank Indonesa Sibolga telah menginisiasi cara pembayaran pada gereja BNKP di Kepualuan Nias. Tentunya hal ini merupakan satu lompatan cara pembayaran pada sistem pembayaran untuk mewujudkan Kepulauan Nias sebagai smart island.
“Juga merupakan bagian dari implementasi perluasan dan percepatan transaksi digital oleh pemerintah daerah, sebagaimana arahan dari pemerintah pusat melalui kementerian dalam negeri,” ujarnya.
Implementasi QRIS pada gereja juga dapat mendorong inklusi keuangan, masyarakat jadi terhubung dengan sektor perbankan, dan pada akhirnya mendorong peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat dan pemerintah daerah serta mendukung pariwisata daerah.
Di tengah pandemi Covid-19, implementasi QRIS pada gereja akan membantu pemerintah daerah dalam meminimalisasi penyebaran Covid-19, karena tidak ada kontak fisik dalam melakukan pembayaran persepuluhan yang lebih efisien.
Beberapa tantangan dalam implementasi QRIS gereja ini adalah bagaimana mengubah kebiasaan masyarakat yang tadinya menggunakan uang tunai menjadi nontunai melalui QRIS dan juga kemudahan akses dari gereja lain untuk mendapatkan kode QRIS.
Oleh karena itu diperlukan edukasi kepada masyarakat secara terus menerus untuk terbiasa menggunakan pembayaran transaksi secara non tunai.
Penandatanganan MoU QRIS antara Ephorus Sinode BNKP, Pdt Tuhoni Telaumbanua dengan Kepala Cabang BNI Gunungsitoli, Rudi Darsono, juga dirangkai penyerahan bantuan untuk pembangunan rumah ibadah kepada 5 gereja BNKP se Kepulauan Nias.
Bantuan yang bersumber dari Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) itu diserahkan Kepala KPw BI Sumut, Soekowardojo dan Kepala KPw BI Sibolga, Aswin Kosotali.
Wakil Pemimpin BNI Wilayah 01 Medan, Renalwin Sitorus yang ikut menyaksikan penandatanganan MoU tersebut memberikan apresiasi atas kepercayaan Sinode BNKP kepada BNI.
Pihaknya berharap, dengan perkembangan QRIS yang semakin banyak dapat meningkatkan cashless society juga.
“Tentunya, penggunaan QRIS ini sangat memudahkan masyarakat dalam bertransaksi, warga jemaat juga tidak lagi harus menggunakan uang tunai memberikan sumbangannya ke gereja,” kata Renalwin.