Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Biodiesel ramah lingkungan berbahan baku 100% minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) atau B100 terus digaungkan pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian. Pengembangan B100 menjadi bentuk komitmen ketahanan energi bangsa Indonesia.
Pemerintah akan membuat B100 ini menjadi bahan bakar masa depan. Pasalnya, seiring perkembangan penduduk yang membutuhkan mobilitas, kebutuhan akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, bahan bakar fosil semakin berkurang dan harga terus naik.
Upaya penerapan B100 menjadi lompatan besar dalam inovasi biodiesel yang selama ini menggunakan campuran bahan bakar minyak bumi, atau dikenal dengan sebutan B20, B30 dan sebagainya. Adapun pencapaian Indonesia sampai saat ini yang terdekat adalah tahap mengupayakan penerapan B30 (campuran biodiesel 30% dan 70% BBM jenis solar).
Menanggapi B100 itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan secara kemampuan kilang minyak Indonesia sudah bisa membangun B100. Hanya saja harganya akan tinggi.
"B30 sekarang kita sudah mulai uji coba, karena secara kemampuan kilang kita sudah bisa bangun B100. Tapi harga sawitnya ini, kalau kita jual B100 nggak ada yang bisa beli, harganya mahal," jelasnya, melansir Pertamina Energia Weekly, Selasa (29/3/2022).
Nicke menyampaikan Pertamina sendiri memang sedang mengembangkan bioenergi atau disebut new energy, di mana energi ini basisnya adalah sawit.
Sebagai informasi, penerapan biodiesel berbahan baku minyak sawit ini menimbulkan reaksi keras. Pasalnya, ini disinyalir menjadi penyebab langkanya minyak goreng.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan kondisi langkanya minyak goreng, disebabkan karena CPO yang ada terbagi antara kebutuhan biodiesel dan minyak goreng.
"Jadi, masalah pasokan di dalam negeri itu disebabkan rebutan B30 dengan minyak goreng," ujarnya (13/3/2022).(dtf)