Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menteri Energi Qatar sekaligus Kepala Perusahaan Gas Negara QatarEnergy, Saad Sherida al-Kaabi, yakin penolakan Uni Eropa pada komoditas energi Rusia tidak akan bertahan selamanya.
Negara-negara Uni Eropa telah mengurangi impor gas dari Rusia secara drastis selama satu tahun ke belakang. Langkah ini merupakan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Di sisi lain, Eropa telah lama menjadi pelanggan terbesar Rusia untuk sebagian besar komoditas energi, terutama gas alam. Langkah pengurangan pasokan energi ini pun mendatangkan bencana besar bagi Eropa.
"Tapi gas Rusia akan kembali, menurut saya, ke Eropa," kata al-Kaabi, dilansir dari CNBC, Selasa (17/01/2023).
Ekspor gas dari raksasa energi negara Rusia Gazprom ke Swiss dan UE turun 55% pada 2022. Langkah ini telah secara dramatis meningkatkan biaya energi untuk Eropa, mengirim para pemimpin dan eksekutif minyak dan gas berebut untuk mengembangkan sumber energi baru dan menopang pasokan alternatif.
Kendati demikian, Eropa telah berhasil menghindari krisis besar pada musim dingin ini, karena cuaca yang sejuk dan persediaan gas yang terkumpul selama setahun terakhir.
Namun para pejabat energi dan analis memperingatkan ancaman yang lebih genting di akhir 2023, saat persediaan gas habis. DIkhawatirkan masalah yang lebih besar akan datang.
"Masalahnya adalah apa yang akan terjadi ketika mereka ingin mengisi kembali penyimpanan mereka tahun mendatang, dan tidak banyak gas yang masuk ke pasar sampai '25, '26, '27 ... Jadi saya pikir ini akan menjadi situasi yang bergejolak untuk beberapa waktu," kata al-Kaabi.
CEO perusahaan energi Italia, Eni, Claudio Descalzi, menolak komentar Menteri Qatar. Menurutnya, tidak mudah memaafkan siapapun, terutama yang membunuh banyak orang tidak bersalah. Menurutnya, keamanan energi adalah menyangkut tentang bagaimana cara mengatur alokasi pembiayaan.
Descalzi mengatakan, perang di Ukraina dan keamanan energi menjadi perhatian utama baginya dan industrinya. Italia pun juga telah mengurangi ketergantungannya pada gas Rusia dan menggantinya dengan sumber energi dari produsen alternatif, seperti Aljazair.
"Sejujurnya, keamanan energi adalah masalah besar... tapi menurut saya, pada tahun 2023, prioritasnya adalah Ukraina," kata Descalzi.(dtf)