Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Hati Supriyanto kini jauh lebih bahagia. Petani asal Desa Pasar VI Kwala Mencirim, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara ini tidak perlu khawatir lagi setiap terjadi kelangkaan pupuk, yang biasanya harga otomatis melambung, sehingga membuat pendapatannya dari hasil bertani menurun karena harus merogoh kantongnya lebih dalam.
Jika sebelumnya selama puluhan tahun ia mengandalkan 100% pupuk kimia untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tanaman agar tumbuh subur, sehat, dan berharap hasil panen melimpah, kini dirinya sudah mengambil langkah yang berbeda. Sejak 2020, Supriyanto bersama petani lainnya di desanya mengembangkan sistem pertanian ramah lingkungan. Dalam bercocok tanam, di antaranya padi, tomat, cabai, bayam, jagung, dan melon, mereka beralih dari sebelumnya 100% menggunakan pupuk kimia kini ke organik. Setelah diterapkan di lahan pertanian mereka, ternyata hasil panen yang didapat lebih maksimal dibanding menggunakan 100% pupuk kimia. Selain itu, dengan penggunaan pupuk organik tanah menjadi semakin subur karena ramah lingkungan. "Sekarang kami tidak ragu lagi untuk bertani, karena melalui pertanian ramah lingkungan kami selalu mendapatkan keuntungan finansial. Dulu, banyak dana harus kami keluarkan untuk membeli pupuk kimia sebelum mulai bertani. Sesudah itu hasil pertanian kami justru malah tidak menutupi pengeluaran membeli pupuk kimia itu," jelas Supriyanto.