Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Guru Besar Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof Dr Syawal Gultom, MPd menjelaskan 3 hal fundamental pendidikan Indonesia meraih bonus demografi. Hal itu disebutkannya saat menjadi narasumber seminar nasional bertema Peran Pendidikan dalam Memastikan Bonus Demografi Bisa Diraih yang diselenggarakan Universitas Yarsi Jakarta, Rabu (10/1/2024).
"Tiga hal fundamental itu, yakni, pertama, momentum peran pendidikan yang dimulai dari sekolah hari ini. Gambaran masa depan Indonesia dalam rentang waktu 2024-2045 dapat terus berlangsung baik dari rumah, sekolah, masyarakat dan dunia kerja. Sehingga di tahun 2045, akan terwujud Indonesia Emas," kata Syawal dalam keterangan tertulisnya Rabu (11/1/2024)
Kedua, substansi pendidikan Indonesia. Dikatakan Ketua Senat Unimed ini, kurikulum seharusnya tidak terbatas pada kompetensi, konten, proses dan assesment, akan tetapi kebijakan nasional dan lokal tentang peta SDM yang sesuai dengan stuktur dan fokus kepada keunggulan daerah.
"Bahkan kurikulum termasuk kebijakan pemetaan potensi anak Indonesia untuk bidang akademik, profesi dan vokasi. Sejatinya, kurikulum itu potret dan capaian peradaban berbasis nilai dengan mengandalkan dan fokus pada hasil/produk kekuatan berpikir yang hakiki berupa ide, gagasan, ilmu, teknologi dengan menggunakan basis informasi dan petunjuk yang sudah pasti benar secara epistomologis, aksiologis apalagi secara ontologis, sehingga anak Indonesia seperti yang disebut Barbara J Duck, arrive at informed judgments, memiliki high level skills, dan memiliki the ability to function in a global community, dan/atau apalagi untuk Indonesia," kata Syawal.
Dijelaskan Syawal, dengan pendekatan kuantitatif seharusnya TK/PAUD 95% adalah muatan tentang sikap, 5% pengetahuan dan keterampilan, SD, idealnya 80% itu sikap, 20% itu pengetahuan dan keterampilan, SMP, idealnya 50% sikap, 20% pengetahuan, dan 30% itu keterampilan. SMA, sepatutnya 35% sikap, 25% pengetahuan, dan 40% keterampilan. PT sepatutnya 10% sikap, 25% pengetahuan, dan 65% keterampilan.
"Perlu tafsir ulang kurikulum nasional mulai TK-PT yang tidak “dikungkung” paradigma ilmu dan teknologi dan agitasi global, tetapi tafsir yang bermula dari Pembukaan UUD 45 dan sesuai cita-cita luhur bangsa Indonesia di masa depan yang diterjemahkan pada ilmu dan teknologi, nilai dan karater, bukan sebaliknya seolah-olah ilmu dan teknologi yang dipaksakan menyesuaikan diri dengan tujuan berbangsa, bernegara, berpolitik, berdemokrasi, berekenomi dan berbudaya di Indonesia," kata Syawal.
Ketiga, strategi pendidikan dengan berfokus pada SDM bukan sistemnya. Menurut Syawal bila pada level mikro solusi jangka pendek adalah mengubah suasana pembelajaran di Indonesia, maka secara sederhana paling tidak terkait dengan model pembelajaran, keselarasan dan integrasi.
"Kemudian mengubah suasana belajar di kelas, motivasi belajar siswa, Selanjutnya, memacu kreativitas anak Indonesia menuju inovasi politik, demokrasi, ekonomi, sosial dan budaya," tandasnya.
Selain Syawal nrasumber seminar merupakan para pakar pendidikan seperti Emil Salim, Fasli Jalal, Amich Alhumami, Nawawi, Sudarno Sumarto, Abdul Malik, Shintia Revina, Muchlas Samani, Anita Lie, Iwan Pranoto, Fauziah Fauzan El Muhammady, Tedy Setiawan, Doni Koesoema dan Yan Feski.