Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon menyebut bahwa Amerika Serikat (AS) saat ini tengah menuju jurang kehancuran di tengah utang yang terus bertambah. Ia mewanti-wanti agar situasi tersebut segera diatasi sebelum menimbulkan krisis.
Dikutip dari New York Post, Senin (29/1/2024), bos raksasa perbankan AS itu menyampaikan peringatan tersebut dalam diskusi panel Bipartisan Policy Center pada Jumat pekan lalu. Ia ditanya mengenai dampak bagi ekonomi jika pemerintah gagal mengatasi masalah ini.
Dimon memaparkan, kondisi perekonomian AS di masa-masa silam. Pada 1982 AS mencatatkan inflasi 12%, suku bunga utama 21,5%, pengangguran 10%, dan utang 35% dari produk domestik bruto (PDB).
Sementara saat ini, lanjut Dimon, rasio utang terhadap PDB berada di atas 100%, dan diperkirakan mencapai 130% pada 2035. "Dan itu adalah hockey stick (tongkat hoki)," kata Dimon menggambarkan bagaimana bentuk pertumbuhan utang akan terlihat pada grafik.
Dimon mengatakan, AS belum mencapai lonjakan 'tongkat hoki' tersebut. Akan tetapi, ketika lonjakan ini dimulai, pasar di seluruh dunia akan terimbas. "(Hal ini terjadi) karena orang asing memiliki utang pemerintah AS sebesar US$ 7 triliun," ujar Dimon.
"Itu tebing, kita lihat tebingnya. Ini sekitar 10 tahun lagi, kita akan melaju dengan kecepatan 60 mil per jam (menuju krisis besar)," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia juga sependapat dengan mantan Ketua DPR Paul Ryan, menyebut utang yang semakin besar merupakan krisis paling mudah diprediksi yang pernah dialami AS. Prospek tingkat utang federal suram, dengan para ekonom makin membunyikan alarm atas lambatnya laju pengeluaran Kongres dan Gedung Putih.
Utang pemerintah AS untuk pertama kalinya dalam sejarah tembus US$ 34 triliun atau Rp 537,2 kuadriliun (kurs Rp 15.800) per Desember 2023. Pencapaian ini terjadi tidak lama setelah utang federal AS mencapai US$ 33 triliun pada September.
Pada akhir 2022, utang AS tumbuh 97% dari PDB. Berdasarkan undang-undang yang berlaku saat ini, angka tersebut diperkirakan meroket hingga 181% pada akhir 2053, sebuah beban utang yang jauh melebihi angka sebelumnya.
Sementara itu, temuan terbaru dari Kantor Anggaran Kongres (Congressional Budget Office) menunjukkan bahwa jumlah utang AS akan meningkat hampir dua kali lipat dalam tiga dekade mendatang.(dtf)