Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari 2024 surplus sebesar US$ 2 miliar. Dengan begitu, neraca perdagangan Indonesia surplus selama 45 bulan berturut-turut. Kementerian Perdagangan pun menyambut baik torehan tersebut.
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menekankan surplus neraca perdagangan ini artinya nilai ekspor lebih tinggi daripada impor. Dengan begitu kinerja ekspor RI sejatinya masih cukup baik dan bahkan sudah terjadi selama 45 bulan berturut-turut.
"Indonesia negara kita baru saja meraih surplus neraca perdagangan sebesar US$ 2 miliar. Artinya nilai surplus itu nilai ekspor lebih besar daripada impor. Dan nilai surplus ini bukan saja bulan Januari, surplus kita sudah 45 bulan berturut-turut," kata Jerry dalam acara Penganugerahan GDI 2023 dan Peluncuran GDI 2024 di Kemendag, Jakarta, Senin (26/2/2024).
Lebih lanjut, Jerry mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif stabil di angka 5%. Selain itu, inflasi masih di bawah 3% yakni 2,57%. Dia menilai capaian ini tidak lepas dari kontribusi pelaku usaha dalam negeri.
"Kita mampu maintenance itu. Pertumbuhan ekonomi kita 5% stabil, inflasi kita di bawah 3-4%. Artinya, semua ini nggak lepas dari salah satu kontribusi produk kita, produk lokal yang selama ini mewarnai dan juga memastikan kontribusi neraca perdagangan yang surplus," jelasnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada periode Desember 2023 surplus US$ 3,3 miliar. Lebih rinci nilai ekspor periode Desember 2023 US$ 22,41 miliar, sementara nilai impor tercatat US$ 19,11 miliar.
Surplus neraca perdagangan Desember 2023 ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas sebesar US$ 5,20 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan atau nabati, besi dan baja.
Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit US$ 1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah. Defisit neraca perdagangan migas Desember 2023 ini lebih rendah dari bulan sebelumnya, namun lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu.(dtf)