Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Sibolga. Keripik pisang tentunya tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Boleh dibilang, makanan ringan yang satu ini digemari masyarakat semua usia. Semua tahu, bahan bakunya adalah pisang yang diiris tipis, kemudian digoreng, rasanya gurih dan sedikit asin.
Namun, keripik pisang yang satu ini lain daripada yang lain. Namanya keripik pisang Barokah Rumbio, yang diproduksi Kelompok Tani Rampa dari Desa Rumbio. Karena cita rasanya yang juara, keripik ini juga sudah tembus ke Istana Presiden lho. Tentunya, hal ini patut mendapat apresiasi positif.
Dipandang sekilas, tak ada yang istimewa dari tampilannya, hampir sama dengan kemasan keripik pisang lain yang dijual di pasaran. Namun, begitu dikunyah, keripik pisang ini sangat renyah dan rapuh, rasanya gurih dan lezat.
Ternyata, rahasianya terdapat pada minyak goreng yang digunakan. Kelompok Tani Rampa tidak sembarang menggunakan minyak goreng yang ada di pasar, kelompok ini juga memproduksi minyak goreng sendiri berbahan baku buah kelapa.
Ada di mana Desa Rumbio itu? Mungkin banyak orang belum mengetahui atau mengenal desa ini. Desa Rumbio adalah sebuah desa kecil di tepi Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Gadis, di Kecamatan Panyabungan Utara, Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Desa Rumbio dihuni lebih kurang 400-an kepala keluarga. Masyarakatnya hidup rukun dan damai. Warga Desa Rumbio umumnya petani dan peternak sapi maupun kerbau. Uniknya, desa ini memiliki cadangan lahan (tanah adat-red) untuk perkebunan rakyat lebih kurang 20 hektar.
Beragam tanaman ada di sana, di antaranya, kelapa, pisang, jagung, cabai merah, cabai rawit dan lainnya. Lokasinya di seberang Sungai Batang Gadis, mengharuskan warga menggunakan jasa “perahu getek” untuk menyeberang dan mengangkut hasil pertanian.
Selain memproduksi keripik pisang dan minyak goreng kelapa, Kelompok Tani Rampa yang diketuai Ahmad Sahnan, beranggotakan 12 orang itu, juga memproduksi saus cabai merah, saus cabai hijau dan abon lele.
“Produk keripik pisang Barokah Rumbio dijamin tidak menggunakan bahan pengawet. Rahasia kelezatan keripik pisang kita, adalah menggunakan minyak goreng kelapa yang kita produksi dan garam beryodium,” ungkap Ahmad Sahnan kepada medanbisnisdaily.com, Senin (19/6/2017).
Dia mengungkapkan, ilmu pengetahuan tentang pengolahan beragam produk hilir pertanian tersebut mereka dapatkan berkat pelatihan secara berkala dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sibolga, sejak 2015, atau sejak desa mereka ditetapkan sebagai pilot project Pertanian Terintegrasi Binaan BI Sibolga.
Dikatakan, dengan pasokan 600 tandan pisang per bulan dari lahan pertanian milik desa, mereka mampu memproduksi keripik pisang 10 kg/hari.
“Keripik pisang kita ini sudah tembus ke Istana Presiden. Ketika Presiden Joko Widodo berkunjung ke Madina beberapa waktu lalu, oleh-olehnya Keripik Pisang Barokah Rumbio,” terang Ahmad Sahnan.
Bahkan, Gubernur Sumut, H Tengku Erry Nuradi, juga sudah memesan Keripik Pisang Barokah Rumbio untuk oleh-oleh lebaran Idul Fitri 1438 H, saat mengunjungi Desa Rumbio, belum lama ini.
“Sudah kita kirimkan pesanan beliau,” katanya.
Soal pemasaran produk, sekarang Keripik Pisang Barokah Rumbio yang terdapat logo BI-nya tersebut sudah dikenal masyarakat Kabupaten Madina, Tapsel, Padangsidimpuan. Pemasarannya juga sudah tembus ke Pekanbaru, Riau.
“Sudah ada pedagang yang bersedia menampung produksi keripik pisang kita di Pekanbaru,” katanya.
Menurut Ahmad Sahnan, Kelompok Tani Rampa yang bergerak di bidang pertanian hortikultura, saling bersinergi dengan Kelompok Tani Sekar yang menangani program peternakan penggemukan sapi, instalasi biogas dan produksi pupuk organik.
Kepala Perwakilan BI Sibolga, M Junaifin, mengungkapkan, pengembangan sistim pertanian terintegrasi di Desa Rumbio tersebut telah terbukti mampu mengubah pola pikir masyarakat.
“Secara tidak langsung, kita berhasil mengubah minset masyarakat Desa Rumbio, berawal dari program kandang sapi komunal. Kalau selama ini sapinya dilepas, maka sekarang pemiliknya yang jalan-jalan mencari rumput untuk pakan sapi,” kata M Junaifin.
Diungkapkan Junaifin, pada 2015, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga, menetapkan Desa Rumbio sebagai Desa Binaan BI Sibolga, sekaligus menjadi pilot project pengembangan sistim pertanian terintegrasi.
Desa Rumbio ini disulap menjadi sebuah tempat yang mengintegrasikan peternakan penggemukan sapi, instalasi biogas, produksi pupuk organik, dan pertanian tanaman hortikultura.
“Beragam pelatihan kita berikan, sehingga mampu berkarya dan menghasilkan beragam produk hilir komoditas pertanian. Maka itu, pada setiap kemasan produk ada logo BI-nya,” kata M Junaifin.
Irwansyah Budi Lubis, dari bagian Litbang, menambahkan, kelompok mereka masih mengalami kendala, yaitu pengadaan rumah produksi untuk ibu-ibu perajin keripik pisang.
“Dengan keberadaan rumah produksi, para ibu bisa menggabungkan ide mereka, semisal menciptakan beragam rasa keripik pisang,” katanya.
Ketua Kelompok Tani Rampa, Ahmad Sahnan, Ketua Kelompok Tani Sekar, Adar dan seluruh anggota kelompok, mengaku bersyukur memperoleh kesempatan menjadi binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga. (juniwan)