Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Diaspora Indonesia mencapai 8 juta orang. Jumlah ini berpotensi besar menggenjot investasi di tanah air.
Namun, mayoritas belum tahu detail investasi di dalam negeri. Herry Utomo, Ketua Global Summit Indonesia Diaspora Network, mengatakan banyak di antara para diaspora yang terdiri dari pekerja, pengusaha, peneliti, akademisi, sampai CEO perusahaan ini punya hasrat berinvestasi, cuma terkendala informasi yang minim terkait prosedur penanaman modal.
"Jadi saya kira banyak yang tak tahu soal cara berinvestasi di sini. Kalau ada aturan yang jelas dan simpel yang diberikan ke diaspora, investasi dari diaspora akan banyak. Banyak yang belum tahu, maka perlu ada guide line," ujar Harry ditemui di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Selasa (15/8/2017).
Menurut Harry, meski sudah ada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), perlu ada sosialisasi untuk para diaspora potensial yang hendak menanamkan modal di Indonesia
Banyak dari para diaspora, lanjut dia, merupakan pengusaha. Selain itu, para diaspora juga bisa dimanfaatkan untuk menjaring investor asing masuk ke Indonesia.
"Mereka masuk dengan perusahaan sendiri, atau perusahaan rekanannya, mereka bawa perusahaan lain ke Indonesia, semacam memanfaatkan jaringan dengan para diaspora," kata Harry.
Selain itu, dia mengungkapkan, pendapatan rata-rata diaspora Indonesia di luar negeri dalam setahun cukup besar yakni US$ 45.000 atau Rp 600 juta (kurs 13.300). Dimana beberapa dari mereka punya keinginan investasi di sektor yang tak terlalu besar seperti membeli properti dan surat berharga.
"Investasi tentu kita para diaspora bisa tabung di sini atau investasi dia bawa perusahaan tertentu ke kita untuk berinvestasi di sini. Atau investasi dalam bentuk keahlian. Kalau satu orang dua orang dari sekian banyak itu menabung di sini, bisa meningkat devisa negara," terang Harry. (dtf)