Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Serang. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Serang mengakui adanya pembuangan limbah ke Sungai Ciujung. Volumenya mencapai 43 ribu meter kubik. Rakyat dapat apa?
"Pembuangan itu ada tetap selama (debit air) belum nol. Kalau sudah nol, SOP-nya terutama Indah Kiat yang punya kapasitas terbesar 37 ribu meter kubik perhari, tidak boleh membuang ke Ciujung lagi, harus melalui tandon," kata Kustaman, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Serang saat berbincang dengan detikcom, Kota Serang, Banten, Selasa (29/7/2017).
Selain Indah Kiat, Kustaman mengatakan ada lebih dari 15 industri di kawasan Cikande yang juga membuang limbah ke kawasan tersebut. Namun, limbah dialirkan melaui Sungai Cikambuy lalu ke Sungai Ciujung. Perharinya, ke 15 industri tersebut rata-rata membuang 6 ribu meter kubik limbah. Totalnya menjadi 43 ribu meter kubik.
Kustaman menjelaskan, jika memasuki masa kemarau kritis, semenjak 2015 lalu, dinas meminta penyediaan tandon sebagai penampung limbah. Pihak industri dilarang membuang limbah ke sungai Ciujung.
Kustaman membantah menghitamnya Sungai Ciujung akibat pembuangan limbah dari kawasan Cikande. Menurutnya Sungai Ciujung menghitam akibat fotosintesis organisme di bawah sungai.
"Itu endapan relatif tidak terangkat. Otomatis dalam proses fotosintesa bagian bawah terangkat ke atas, sehingga hitam," ujarnya.
Lalu apa kompensasi apa yang diberikan kepada warga terdampak begitu sungai menghitam. Apalagi, bagi warga di hilir seperti Tirtayasa, sungai digunakan untuk kebutuhan air bersih, irigasi dan tambak ikan dan udang.
Kustaman, menjelaskan, ada 5 kecamatan yang kritis akibat pembuangan limbah ke Ciujung yaitu Tirtayasa, Tanara, Pontang, Carenang dan Bandung. Dari 5 kecamatan tersebut, 20 desa di antaranya mengalami krisis air terutama untuk kebutuhan domestik.
"20 desa mengalami krisis air terutama kebutuhan domestik, makanya tiap tahun ada bantuan air bersih," kata Kustaman.
Kebutuhan air bersih tersebut, Kustaman mengatakan disediakan oleh pihak PDAM bekerjasama dengan Indah Kiat Pupl Paper ditambah 15 perusahaan di kawasan Modern Cikande yang rutin membuang limbah.
"Dihitung dari 20 desa itu kebutuhan di masa kritis misalkan 2 bulan. Diatur sedemikian rupa perminggu satu desa misalkan 5 ribu liter," ujarnya.
Kustaman mengklaim sudah berjuang untuk normalisasi Sungai Ciujung. Surat sudah diberkan ke Kementerian PUPR dan ke Dirjan Sumber Daya Air Kementerian LHK. Apalagi, sungai tersebut melintasi banyak kabupaten di daerah Banten. (dtc)