Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Ular masih menjadi komoditas perburuan bagi sebagian warga. Selain dijual kulitnya, warga juga masih banyak yang mengkonsumsi daging ular.
Pemerhati Satwa Liar Marison Guciano menyayangkan masih banyaknya perburuan terhadap ular di alam liar. Marison berpesan pada warga untuk tidak merusak habitat ular agar ular masuk ke dekat permukiman warga seperti yang terjadi di Riau pada Sabtu (30/9) lalu.
"Habitat ular piton biasanya di di dalam hutan hujan yang rimbun, semak belukar, atau pun padang rumput. Saya menduga habitat ular piton sudah dirusak oleh berbagai aktivitas manusia," kata Marison, Senin (2/10) malam.
Marison mengatakan ular piton bukanlah hewan yang agresif menyerang manusia. Dirinya mengatakan perburuan ular yang masif menyebabkan banyak terjadi penyerangan ular terhadap manusia.
"Kalau saya melihat ular piton adalah satwa liar dan biarkan mereka hidup di alam liar. Jangan malah manusia memburu atau bahkan membunuhnya," tuturnya.
Marison mengakui di beberapa perkebunan sawit banyak ular yang dilepaskan untuk menjadi predator bagi hama tikus. Namun ia menegaskan bila warga menemukan ular untuk melaporkannya pada Balai Konservasti terdekat.
"Kalau ada ular piton di permukiman masyarakat, sebaiknya dilaporkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Untuk ditangkap dan kemudian dilepaskan ke habitatnya yang jauh dari pemukiman warga," sebutnya.
Robert Nababan (37) warga Desa Belimbing, Kec Batang Gangsal, Kab Indragiri Hulu (Inhu) Riau tergigit oleh ular piton pada Sabtu (30/9) lalu. Robert digigit piton setelah dia berupaya memasukkannya ke karung. (dtc)