Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pengamat lingkungan Sumatera Utara (Sumut) Jaya Arjuna menilai, tata kelola banjir yang dilakukan selama ini di Provinsi Sumut terutama Kota Medan terkesan masih sangat kampungan. Padahal untuk mengatasi banjir, kata dia, saat ini sudah banyak teknologi yang tersedia untuk dapat digunakan.
"Masih kampungan. Padahal sudah ada teknologi, tapi kenapa masih harus banjir. Berarti memang tidak ada dipakai teknologi itu," ungkapnya kepada Medanbisnisdaily.com, Selasa (5/12/2017).
Memang diakui Jaya, untuk mengatasi banjir pemerintah telah banyak melakukan perbaikan pada saluran air. Namun nyatanya, genangan air masih saja tetap terjadi, bahkan sampai menyebabkan banjir, khususnya setelah hujan deras yang berlangsung dalam beberapa hari terakhir.
"Sudah ada dilakukan pengggalian. Tapi airnya juga tidak mengalir meskipun sudah diperbaiki," sebutnya.
Harusnya, sambung Jaya, pemerintah dapat belajar dari Negara Belanda, yang meski berada di 14 meter dibawah permukaan laut, namun negara kincir angin tersebut tidak pernah mengalami banjir.
Bahkan, di Kota Medan sendiri, lanjut dia, pada masa lalu Belanda juga mampu meminimalisir terjadinya banjir, dengan membuat gorong-gorong besar di kawasan Kesawan, serta membangun hingga 7 buah kanal.
"Sebab alam tidak bisa kita lawan, melainkan yang bisa kita kerjakan ialah meminimalisir dampaknya. Kalau curah hujan tinggi maka perbaiki saluran. Kalau tidak bisa, maka percepat laju air dengan menggunakan pompa. Tapi tentunya dalam melakukan hal ini kita harus punya data base terkait lokasi banjir," jelasnya.
Selain itu, terang Jaya, tak kalah penting ialah melakukan perbaikan pada kawasan hulu. Bila memang ada ditemukan kerusakan, hal itu harus dapat segera diperbaiki.
"Pokoknya air tidak boleh turun kebawah. Itulah makanya diperlukan teknologi dalam mengatasinya. Seperti, dalam memperbaiki parit, volume, kecepatan, dan laluan air harus dihitung dengan cermat. Itulah mengapa teknologi diajari kepada manusia untuk dipakai, jangan hanya mengharapkan dari Tuhan," tegasnya.
Apalagi, sambung Jaya, metode tersebut sebetulnya sudah umum dan teknologinya juga sudah mudah karena telah tersedia. Hanya saja permasalahannya, imbuh Jaya, teknologi tersebut yang tidak dipakai.
"Jadi harus kita sesuaikan. Kalau kita merusak alam, maka perbaikilah. Itulah peran teknologi untuk memperbaiknya," pungkasnya.