Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Loyalis Anis Matta meradang karena aksi DPP PKS yang memecat sebagian mereka dari kepengurusan partai. Ketua DPP Bidang Humas PKS Ledia Hanifa pun merasa heran dan menyebut seharusnya kader loyal kepada partai, bukan kepada perseorangan.
Isu soal bersih-bersih loyalis Anis Matta keluar dari orang dekat eks Presiden PKS itu, Fahri Hamzah. Dia menyebut ada sejumlah loyalis Anis yang dipecat DPP, terbaru adalah Ketua DPW PKS Sumatera Selatan Erza Saladin.
DPP PKS membantah ada bersih-bersih loyalis Anis Matta. Dicopotnya Erza cs, menurutnya, merupakan rotasi biasa.
"Kalaupun ada yang ganti, kemudian bertemu dan bicara langsung dengan DPP," ucap Ledia saat dimintai konfirmasi, Jumat (6/4/2018).
Dia menyebut rotasi bukan hanya dilakukan untuk posisi Ketua DPW PKS Sumsel, yang diklaim sebagai loyalis Anis. Ledia mengatakan dia sendiri juga sering mengalami rotasi penugasan.
"Bukan hanya di Sumsel. Di DPP saja juga gitu, saya sudah pindah (posisi) berapa kali," katanya.
Ledia pun menyoroti soal sikap kader-kader PKS yang meradang ini. Anggota DPR ini menyebut seharusnya kader loyal kepada partai, termasuk terhadap segala kebijakannya.
"Aku jadi malah bertanya-tanya, berarti Sumsel ini loyalis Anis Matta. Harusnya kan loyalis PKS," tutur Ledia.
Isu bersih-bersih loyalis PKS itu keluar dari Fahri Hamzah. Soal pemecatan Erza dari posisi Ketua DPW Sumsel pun mendapat dukungan dari kader-kader PKS di wilayah itu.
Kemudian protes juga datang dari Ketua DPD PKS Banyuasin Ilham Hadi. Ilham menyatakan Presiden PKS Sohibul Iman tak bisa menjelaskan secara rinci pemecatan Erza. Dia menuntut kejelasan.
"Dalam penjelasannya, kami bersama 11 ketua DPD merasa belum menemukan alasan yang membenarkan diberhentikannya dari Ketua DPW PKS Sumsel, apakah itu bentuk pelanggaran AD/ART atau pelanggaran lainnya," ucap Ilham.
Tak hanya membuka soal sapu bersih loyalis Anis Matta dari PKS, Fahri juga mengungkit soal 'dibuang'-nya Anis dari pusaran inti partai. Setelah tak lagi jadi pimpinan tertinggi partai, Anis tidak mendapat jabatan strategis.
"Seperti ketika Anis Matta dulu sukses menyelamatkan partai, tiba-tiba dia tidak ada jabatan. Dikasihlah satu tempat yang kalau di dalam Orde Baru dulu itu istilahnya itu didubeskan," ujar Fahri, Jumat (6/4). (dtc)