Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Nyaris setiap hari dalam sepekan terakhir terjadi demonstrasi di Kota Medan yang bertujuan mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pelemahan rupiah berikut segala dampaknya diwanti-wanti akan membuat perekonomian nasional kian tak menentu.
Demonstrasi "terbesar" adalah yang berlangsung kemarin (21/9/2018), oleh gabungan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Medan. Besar dalam jumlah massa serta daya pikatnya terhadap pemberitaan media. Penyebabnya, terjadi bentrok antara polisi dengan massa mahasiswa.
Menanggapi peristiwa-peristiwa demonstrasi tersebut, Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat menyatakan tidak masalah jika masyarakat melakukan unjuk rasa mengkritik Jokowi. Silakan, karena dijamin UU. Hanya saja jangan anarkis. Yang sangat dikawatirkan adalah jika demonstrasi berubah jadi aksi kekerasan.
Kendati demikian, ujar Djarot, demonstrasi yang dilakukan terus-menerus bukan solusi. Silakan mengkritik pemerintah, dengan catatan harus memiliki data dan menawarkan solusi. Pemerintah, dalam hal ini Presiden dan wakilnya, jangan dihina. Karena akan menjadi masalah hukum.
"Sepanjang demonstrasi dilakukan secara wajar, normal dan demokratis, kami dari PDIP serta Joko Widodo tidak merasa tertekan," ungkap Djarot yang mantan Wali Kota Blitar dua periode disela-sela rapat koordinasi daerah PDIP Sumatera Utara di Hotel Polonia Medan, Jumat (21/9/2018).
Sesungguhnya, ungkap Djarot, ada sisi positif yang bisa dimanfaatkan dari kondisi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Caranya adalah dengan meningkatkan ekspor. Terutama di Sumut terdapat banyak komoditi pertanian yang berorientasi ekspor.
Di Sumut terdapat banyak buah-buahan serta ikan yang luar biasa yang berpeluang besar diekspor.
"Harusnya petani kita mendapat manfaat dari pelemahan rupiah dengan meningkatkan nilai ekspor. Ini sebagai pendorong untuk menggerakkan industri-industri berorientasi ekspor," terangnya.