Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Polda Sumatera Utara (Sumut) memastikan bahwasanya isu penculikan anak yang saat ini sedang marak beredar di sosial media (sosmed), baik di facebook ataupun grup whatsapp adalah kabar hoax.
Karenanya, Kasubbid Penmas Polda Sumut AKBP MP Nainggolan, meminta masyarakat supaya tidak perlu resah, karena isu tersebut tidak benar adanya.
"Tidak benar itu. Isu itu hoax," ungkapnya kepada wartawan, Rabu (31/10/2018).
Sebab, jelas MP Nainggolan, sampai saat ini tidak ada satupun warga masyarakat yang melaporkan atau menjadi korban peristiwa penculikan anak. Oleh karena itu menurutnya, isu ini diciptakan hanya untuk menciptakan kekisruhan di masyarakat saja.
"Ngggak ada. Sampai saat ini LP (laporan) nya ke Polisi di wilayah Sumatera Utara tidak ada ditemukan. Sudah kita cek itu," jelasnya.
Kendati begitu, sambung MP Nainggolan, sebagai orangtua, tentunya harus tetap waspada terhadap keamanan anaknya. Akan tetapi, imbuh dia, bukan berarti harus mempercayai isu yang tidak betul.
"Kan sudah menjadi tugas orangtua dalam menjaga dan mengawasi anak," sebutnya.
Disinggung mengenai apakah ada tindak pidana bagi penyebar isu hoax penculikan anak ini, MP Nainggolan menyatakan, hal itu bisa saja dilakukan. Asalkan tutur dia, ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan, dan membuat laporan resminya ke Polisi.
"Kepada masyarakat kita imbau, jangan mudah percaya dengan isu hoax ini ataupun turut serta ikut mensharenya," pungkasnya.
Sementara itu, Kapolsek Medan Labuhan Kompol Rosyid Hartanto juga memberikan klarifikasi terkait isu penculikan anak yang terjadi di Kelurahan Kota Bangun. Karena dalam 24 jam terakhir, diwilayah hukumnya, terdapat 3 kasus kejadian yang diduga sebagai aksi penculikan anak.
Ia menjelaskan, kasus pertama terjadi terhadap seorang wanita bernama Rasyida Omar Balatif (49) yang dituduh sebagai penculik oleh warga karena mondar-mandir dengan gelagat yang mencurigakan. Ia pun sempat dihakimi oleh warga, namun setelah diselamatkan, ternyata wanita tersebut mengalami depresi dan langsung dijemput oleh pihak keluarga yang tinggal di Jalan Bambu, Medan.
"Wanita yang mengalami depresi tersebut akan dilakukan pemeriksaan medis untuk mengetahui kepastian penyakit jiwanya," sebutnya.
Selanjutnya, sambung Rosyid, kasus yang menimpa Lamni Ambarita (48) warga Jalan Mangaan yang dituduh sebagai penculik atas pengaduan seorang anak kepada orang tuanya karena merasa diikuti. Tapi lagi-lagi, setelah dicek ke lokasi, ternyata wanita tersebut mengalami penyakit kejiwaan dan sedang berjalan mengikuti rel kereta api.
Terakhir, terang dia, kasus yang menimpa Yeheskiel Simanjutak (8), warga Jalan Anggrek Kelurahan Besar, Medan Labuhan. Sebelumnya Rosyid menyebutkan anak ini diisukan sebagai korban penculikan, karena tidak dijumpai di sekolah saat dijemput oleh orang tuanya. Lalu, ia ditemukan didekat sekolah kakaknya dan mengaku dibonceng seorang pria dengan diberikan sebuah roti, namun dibuangnya.
Tapi dari hasil penyelidikan, lanjut Rosyid, Yeheskiel ternyata tidak pernah sampai ke sekolahnya. Ia mengaku di dibawa oleh orang yang tidak dikenal, lantaran takut dimarahi orang tuanya, karena telah membolos sekolah.
"Untuk itu warga dihimbau agar jangan mudah terpancing isu dan main hakim sendiri. Jika benar ada kejadian, agar langsung melapor ke Polsek Medan Labuhan," tandasnya.