Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Presiden Joko Widodo berbicara soal 'politik genderuwo'. Bagi Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, Jokowi seperti sedang melabeli lawan politiknya, yaitu Prabowo Subianto.
"Ini political labelling, siasat kontra 'demarketing' Jokowi terhadap oposan. Jika oposan, dalam hal ini kubu Prabowo, menyerang Jokowi dari sisi kinerja, Jokowi membalas balik dengan menyerang 'karakter' lawan (Prabowo)," kata Rico dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Jumat (9/11/2018).
Menurut Rico, ada kelebihan dari strategi politik melabeli lawan itu. Ini berkaitan dengan integritas.
"Political labeling ini sangat efektif merontokkan simpati terhadap lawan karena yang diserang itu integritas. Sepintar apa pun, serasional apa pun, dan sejelas apa pun, argumen oposisi kan rontok dengan sendirinya jika integritas sang pembawa argumen sudah rontok (dalam hal ini kubu Prabowo)," jelas Rico.
Rico lalu berbicara tentang satu analogi. Bagi Rico, strategi melabeli lawan politik akan sangat berdampak.
"Ada analogi, kebenaran yang dibawa pendusta tidak akan pernah dipercaya. Dalam hal ini setelah kata 'sontoloyo', integritas kubu Prabowo dirusak dengan framing 'genderuwo'. Jadi yang dirusak bukan argumen, tapi motif," ucap Rico.
"Genderuwo, sosok menakutkan dan hanya bisa menakut-nakuti saja. Jadi walau kubu Prabowo susah payah, misalnya, meyakinkan orang bahwa situasi ekonomi tidak baik, dengan kata 'genderuwo', Jokowi ingin bilang ini tidak berdasar dan hanya nakut-nakuti saja tanpa perlu bersusah payah kontraargumen," klaim Rico.
Ungkapan 'politik genduruwo' disampaikan Presiden Jokowi saat pidato pembagian sertifikat tanah untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, hari ini. Dalam kesempatan itu, dia menyebut saat ini banyak politikus yang pandai memengaruhi. Banyak yang tidak menggunakan etika dan sopan santun politik yang baik.
"Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, kekhawatiran. Setelah takut yang kedua membuat sebuah ketidakpastian. Masyarakat menjadi, memang digiring untuk ke sana. Dan yang ketiga menjadi ragu-ragu masyarakat, benar nggak ya, benar nggak ya?" katanya.
Politikus yang menakut-nakuti itulah yang dia sebut sebagai 'politikus genderuwo'. "Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Nggak benar kan? Itu sering saya sampaikan itu namanya 'politik genderuwo', nakut-nakuti," tegasnya.
Lantas, siapa yang bermain 'politik genderuwo'? Tak jelas siapa yang dimaksud Jokowi. Namun kubu lawannya di Pilpres 2019 langsung menepis bermain 'politik genderuwo'.
"Tidak cocok 'politik genderuwo' dituduhkan ke pendukung kami, saya kira tidaklah. Kami ini 'politik kerjo legowo'," kata juru bicara BPN Prabowo-Sandiaga, Faldo Maldini.dtc